TABANAN, Kilasbali.com – Keberadaan kawasan Nuanu dalam beberapa tahun terakhir ini memberi warna investasi di barat daya pulau Bali, khususnya di Kabupaten Tabanan.
Sebagai kawasan kreatif di kawasan pesisir dengan luas 44 hektar, Nuanu hendak berkembang menjadi model investasi berkelanjutan dan inklusif dengan tetap menempatkan manusia dan alam sebagai prioritas utama.
Sepanjang 2025, Nuanu tidak hanya membangun ekosistem kreatif yang hidup, tetapi juga menciptakan dampak sosial dan lingkungan yang nyata bagi masyarakat sekitar.
Dengan visi membawa Bali ke panggung global, Nuanu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan global dan lokal dengan memprioritaskan komitmen memberdayakan talenta lokal.
Hingga Juni 2025, 97 persen tenaga kerja di Nuanu merupakan warga Indonesia. Dari rasio tersebut, 84 persennya merupakan masyarakat lokal Bali. Komposisi ini menjadikan Nuanu sebagai ruang bagi masyarakat lokal untuk ikut membentuk perencanaan kawasan.
Dari proyek internal hingga perencanaan infrastruktur jalan, pengambilan keputusan di Nuanu dilakukan secara kolaboratif antara manajemen, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat, dengan fokus pada arah pembangunan Bali yang sesuai dengan prosedur.
Dari sisi dampak sosial, Nuanu memiliki NSF atau Nuanu Social Fund yang dananya bersumber dari lima persen pendapatan dengan tujuan memastikan masyarakat sekitar tumbuh bersama dan menciptakan komunitas yang mandiri dari dalam hingga ke lingkungan sekitarnya.
Selama periode Januari-Maret 2025, Nuanu telah menyalurkan dana sebesar Rp 474 juta dan Rp 788 juta sepanjang 2024 melalui berbagai inisiatif sosial.
Beberapa inisiatif mencerminkan semangat NSF untuk berkembang secara kolektif, seperti program Beleganjur yang mendukung 150 penabuh muda Bali dari lima Sekaa Teruna Teruni melalui pelatihan dan penyediaan alat musik.
Selain itu, Nuanu memberikan bantuan berupa alat dan kebutuhan senilai Rp 61 juta kepada 13 Banjar di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, untuk mendukung pembuatan ogoh-ogoh saat Nyepi pada 2025.
Bahkan, pada 2024 lalu, Nuanu mencatat sejarah penting dengan membawa ogoh-ogoh sebagai karya seni dari Indonesia pada sebuah festival tahunan global di Burning Man, Nevada, Amerika Serikat.
Di luar bidang kebudayaan, Nuanu juga mendukung inisiatif berdampak tinggi yang digerakkan oleh para changemaker lokal seperti pelatihan dan pemberian alat kerja kepada 15 perempuan wirausaha dari Desa Nyambu melalui program LASKMI.
Kemudian, dukungan terhadap Gusde, salah satu inovator muda Bali berusia 19 tahun untuk membangun pembangkit listrik pico-hydro bagi lebih dari seratus petani di Subak Uma Kumbuh melalui program Dana Asa Kriya.
Selanjutnya, pemeriksaan kesehatan gratis bagi 729 warga Desa Beraban melalui program kesehatan komunitas dan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi kepada 310 siswi di wilayah Kediri, Tabanan.
Di bidang lingkungan, Nuanu juga berkomitmen untuk menjadikan lingkungan sebagai fondasi utama dengan menjaga 70 persen lahannya sebagai ruang hijau dan kebijakan tanpa penebangan pohon.
Ini membuktikan bahwa proyek pembangunan tetap bisa selaras antara inovasi dan tradisi. Alam harus selalu didahulukan. Nuanu juga telah menetapkan kendaraan listrik sebagai transportasi publik resmi di kawasan ini.
Pendekatan Nuanu terhadap pengelolaan limbah dirancang secara menyeluruh sejak awal. Hasilnya, tingkat daur ulang di Nuanu telah mencapai 95 persen dari total limbah yang dihasilkan.
Perlindungan keanekaragaman hayati juga menjadi misi utama lingkungan di Nuanu. Upaya terbaru mencakup peningkatan tingkat kelangsungan hidup kupu-kupu sebesar 20 persen, konservasi lebih dari 400 tanaman lokal, penanaman lebih dari 15.000 pohon menggunakan metode Miyawaki, dan pelestarian lebih dari 500 anggrek.
“Kami bertekad untuk membangun bersama dan melakukannya dengan cara yang benar,” ujar CEO Nuanu Creative City, Lev Kroll.
Ia menjelaskan, salah satu gagasan utama di balik Nuanu adalah menunjukkan bahwa membangun komunitas dan menjaga alam bukan hanya harus dilakukan, tapi juga merupakan langkah strategi bisnis yang kuat.
“Kami percaya, melakukan hal yang benar, justru membantu kami menarik orang-orang yang tepat. Mulai dari investor, mitra, hingga para tamu. Menciptakan nilai yang lebih berarti bagi Nuanu dalam jangka panjang,” ujarnya.
Ditambahkan, Nuanu menerapkan filosofi double bottom line, menyeimbangkan kesehatan finansial dengan kontribusi sosial dan lingkungan yang bermakna.
Pendekatan ini menjadi dasar dari setiap keputusan yang diambil, memastikan pertumbuhan ekonomi selalu sejalan dengan dampak positif bagi manusia dan bumi.
“Setiap hari kami selalu belajar, melalui masukan dan ide yang sangat membantu kami dalam mengarahkan kawasan ini. Kami berterima kasih atas setiap masukan, ide, dan kritik yang diberikan dan kami tidak akan pernah berhenti mencari cara baru untuk mengintegrasikan alam, teknologi, dan budaya Bali yang luar biasa kaya,” tukasnya.
Komitmen Nuanu itu sendiri mendapatkan perhatian dari anggota DPD RI dari Provinsi Bali, Ni Luh Djelantik. Menurutnya, Bali selalu terbuka untuk bekerja dengan investor dan institusi yang berkomitmen untuk membangun Bali sesuai nilai-nilai budaya dan aturan hukum.
“Saya perjelas lagi, kami di sini bukan anti investasi,” kata Ni Luh Djelantik.
Kendati demikian, Ni Luh Djelantik menegaskan, dirinya tidak akan berhenti mengawasi perkembangan Nuanu. “Kami akan terus memonitor dan mendukung untuk memastikan identitas Bali tetap terjaga,” tegasnya. (c/kb).