GIANYAR, Kilasbali.com – Hingga hari kedua pemberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM), para orang tua di Kabupaten Gianyar bukannya senang. Justru sebaliknya, para orang tua merasa bebannya bertambah, lantaran PTM hanya berlangsung dua jam di sekolah dan sisanya tetap dengan system daring.
Dengan waktu yang pendek ini, sebagian orang tua pun memilih menunggu di depan sekolah, dan kerumunan orang di sekolah-sekolah pun tidak terhindarkan.
Berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19, penumpukan kendaraan di depan sekolah hanya terlihat saat pagi, siang dan sore.
Namun, setelah PTM diberlakukan, tumpukan kendaraan para orang tua siswa justru terjadi secera terus menerus. Di sejumlah sekolah favorit yang notabena siswanya cukup banyak, pembagian jam masuk kelas pun berbeda sehingga kerumuan orang tua siswa yang menunggu anaknya di depan sekoah pun terus menyambung.
“Di sekolah mereka hanya belajar selama dua jam, lalu dilanjutkan belajar daring di rumah masing-masing. Sangat tanggung, sehingga saya pilih menunggu anak hingga keluar. Tentu ini menambah beban kami, mulai dari beban bahan bakar minyak (BBM) dan waktu, karena harus antar jemput anak,” ungkap Putu Kesuma, salah satu orang tua siswa.
Keluhan yang sama juga disampaikan sejumlah orang tua siswa lainnya. Padahal mereka sangat mengharapkan hal ini terjadi.
Namun sayangnya, PTM yang diharapkan tidak sesuai keinginan. Di mana siswa di sekolah hanya dua jam dan harus antar jemput tepat waktu. Sampai di rumah, justru belajar lagi via daring.
Dikhawatirkan, jika sistem belajar ini berjalan cukup lama, mereka akan kewalahan. Sebab dengan ini, biaya yang dikeluarkan relatif lebih banyak dari pada belajar online secara penuh.
Belum lagi, antar jemput anak, yang menyebabkan dirinya harus meninggalkan pekerjaan. “Kalau PTM, lebih baik seperti saat situasi normal. Bukan hanya orangtua siswa yang diringankan, tapi juga guru,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Gianyar, Wayan Sadra meminta orang tua siswa bersabar terlebih dahulu. Sebab pembelajaran PTM dua jam ini baru tahap permulaan.
Dia meminta orangtua siswa terus menanamkan pemahaman protokol kesehatan (prokes) untuk anak-anaknya, supaya dalam tahap evaluasi ini, PTM bisa berjalan sesuai harapan. Maka dengan demikian, kata dia, sistem PTM 50 persen akan dirubah menjadi full PTM.
“Setelah dalam beberapa minggu, maka sistem 50 persen dirubah menjadi full tatap muka, sekarang sudah disiapkan armada antar jemput siswa oleh perhubungan, sehingga semua keluhan masyarakat terjawab,” jelasnya. (ina/kb)