TABANAN, Kilasbali.com– Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti menggelar ritual Guru Piduka di Pura Tanah Lot, Tabanan, Kamis (23/8/2018), pasalnya pasca kerauhan atau kesurupan massal yang menyebabkan ratusan penari trance. Ritual tersebut, menurutnya sebagai ucapan terimakasih dan permohonan maaf pasca pagelaran Tari Rejang Sandat Ratu Segara yang melibatkan 1800 penari di Tanah Lot, belum lama ini.
Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan proses upacara yang dilakukan ini adalah wujud puji syukur atas acara yang telah digelar. Sekaligus upacara ini dilakukan untuk mamitin (mengembalikan) para siswa yang sebelumnya belum sempat pamit usai menarikan Rejang Sandat Ratu Segara. “Oleh karena itu secara global kami wakilkan untuk mepamit, mulai dari kepala sekolah dan camat ke Pura Tanah Lot nunas pakuluh dan pengelukatan,” jelasnya.
Kata Bupati Eka, pihaknya juga ngaturang Guru Piduka dengan tujuan permohonan maaf. Tujuanya jika ada tim, panitia ataupun penari bicara tidak benar, dan ada pula yang penari cuntaka dan kesalahan lain, pihaknya sudah memohon untuk dimaafkan. “Tidak hanya untuk pementasan Rejang Sandat Ratu Segara saja gelar guru piduka, upacara ngenteg linggih juga ada digelar, ini untuk permohonan maaf agar alam bersih, selamat dan rahayu,” jelasnya.
Bahkan menurut Bupati Eka penari mengalami kerauhan karena beberapa faktor. Pertama ada yang tidak mepamit usai nari, kedua ada penari yang mengalami cuntaka. Sebab mereka sudah latihan selama 4 bulan tiba-tiba cuntaka dan mereka ingin ngayah. Ketiga karena memang para penari ada yang ngiring sehingga keseningin (disukai) oleh Ratu Segara.
Sehingga jika nanti ada penari yang mengalami kerauhan ia pun menyarankan jika memang ada yang bebainan (sering kesurupan) segera diobati secara niskala, dan jika belum melakukan pengelukatan ke Tanah Lot. “Tapi mudah-mudahan tidak ada, karena siswa nanti sudah diperciki tirta pengelukatan yang sudah dibawa oleh masing-masing pewakilan,” terang Bupati Eka.
Bahkan kedepanya agar kejadian tidak terulang lagi, penari yang menarikan Rejang Sandat Ratu Segara di seterilkan. Dalam artian akan di cek kondisi mereka kuat tidak, unsur niskala ada tidak. “Jadi kemarin memang kami tidak cek sebagai pengalaman nanti yang mementaskan tarian sakral ini akan di seterilkan. Sebab kedepan tarian ini akan tetap di eksiskan namun dengan jumlah sedikit tetapi tetap dengan kelipatan sembilan fungsinya hanya dipertontonkan ke beliau,” tandasnya.
Dalam kesemapatan tersebut, Bupati Eka juga mengungkapkan, tarian ini yang ada gambelan Jawa dan Bali. Karena dua pulau terebut adalah poros Nusantara. Dimana yang selalu mengadakan yadnya dan upakara Bali yang merupakan poros secara niskala. Sedangkan untuk porosnya sekala atau pemerintahannya terdapat di Tanah Jawa. “Jadi mudah-mudahan dengan, kita mendak (menjemput, red) dari Jawa ke Bali, mampu menuntun beliau-beliau yang memimpin Nusantara ini, mudah-mudahan alam ini akan melahirkan keadilan dan kebenaran untuk semua umat,” punkasnya. (*KB).