TABANAN, Kilasbali.com – Calon legeslatif (caleg) terpilih dari Partai Gerinda, Ni Nengah Sri Labantari prediksi kembali menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tabanan. Srilabantari mengatakan, sesuai dengan aturan lembaga, dirinya kemungkinan besar akan menjabat kembali. Karena, partai besutan Prabowo Subianto ini berhasil meraih suara terbesar ketiga di kabupaten lumbung beras ini.
“Astungkara, tapi keputusan itu diserahkan kembali ke induk partai. Kalau dulu kan tidak ada pengurus partai yang ikut, sehingga raihan suara terbanyak dijadikan acuan. Nah kebetulan saya yang tertinggi saat itu dengan raihan sebanyak 3.367 suara,” ujar Sri Labantari yang juga Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Tabanan ini, saat dikonfirmasi terkait hal tersebut di Tabanan, Senin (13/5/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Sri Labantari tidak menampik bahwa perolehan kursi Partai Gerindra turun satu kursi dari pemiliahn legeslatif lima tahun lalu. Menurutnya, selain karena pemilu serentak yang berbarengan dengan pemilihan presiden (pilpres) dan DPD RI, juga disebabkan akibat Jokowi efek. Masyarakat lebih cenderung tertarik pilpres dibandingkan pileg.
“Sebagai Ketua PDC, saya mengurus semua dapil yang merupakan tanggungjawab saya. Apalagi ditambah ‘badai’ seperti itu. Jadi apapun hasilnya tetap kita syukuri. Ada tiga inkamben yang terpilih dari empat yang ikut. Ini kita pertahankan betul,” katanya.
Sri Labantari menambahkan, efek Jokowi juga menyebabkan sedikit melemah. Kendatipun demikian, pihaknya tetap mensuport para caleg dengan maksimal. Dan syukurnya, semua caleg inkamben untuk tingkat provinsi bisa lolos terpilih kembali.
“Khususnya di Bali, isu-isu negatif terhadap pasangan capres dan cawapres 02 juga berimbas pada perolehan suara partai. Bagaikan air bah, diterjang sunami, sangat bagi berat kita. Tetapi kita tetap berjuang, dan apapun hasilnya, astungkara, patut kita syukuri. Karena kami tidak bisa berbuat banyak. Belum lagi amanat yang turun mendesak, hanya 12 hari menjelang ferivikasi partai, jadi berdampak pada penjaringan para caleg. Mungkin kalau lebih lama, penjaringan caleg bisa lebih maksimal,” tuturnya.
Sementara terkait keterwakilan perempuan yang terpilih dalam pileg yang mencapi 25 persen atau 10 perempuan, pihaknya berharap kaum hawa ini mampu unjuk diri dalam memperjuangkan dan menyuarakan aspirasi masyarakat, khususnya untuk kepentingan perempuan. Karena sebelumnya, hanya tiga orang saja keterwakilan perempuan di DPRD Tabanan, sehingga lebih banyak mengalah.
“Dengan keterwakilan 10 anggota dewan perempuan, mudah-mudahan bisa lebih bergairah. Apalagi suara perempuan itu lebih kuat daripada suara laki-laki. Sebelumnya bertiga dalam dewan, kami lebih banyak mengalah. Tapi kalau turun ke bawah, kami lebih diterima oleh masyarakat,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, Sri Labantari juga mengungkapkan alasan dirinya kembali ikut dalam kontestasi pileg 2019 ini. Menurutnya, lima tahun duduk di kursi legeslastif belum cukup bagi dirinya untuk memperjuangkan dan menyuarakan aspirasi masyarakat, khususnya untuk kepentingan kaum perempuan.
“Perjuangan saya belum maksimal untuk kepentingan perempuan. Karena kita di Tabanan, ada hal-hal lebih mendesak untuk segera diselesaikan, yakni adanya pembangunan dibidang infrasturktur. Jadi, pendidikan perempuan maupun anak-anak belum bisa dilakukan dengan maksimal,” sebutnya.
Untuk diketahui, Sri Labantari sendiri terjun ke dunia politik dengan ikut menjadi caleg untuk memenuhi kuota perempuan pada pileg tahun 2014. Melalui partai berlambang kepala burung garuda ini, ia akhirnya terpilih dengan suara terbesar di partai, yakni 3.367 suara. Tak pelak, raihan suara tersebut mengantarkan dirinya duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Tabanan.
Sejak terpilih dan duduk sebagai wakil ketua, iapun mulai bekerja sebagai politisi dengan turun langsung ke masyarakat untuk mendengar keluh kesah warga, yang kemudian ia serap aspirasinya dan disuarakan dalam parlemen Tabanan. Sri Labantari beralasan, masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepada dirinya tidak boleh disia-siakan, sehingga sudah sepatutnya ia mendengar dan kemudian memperjuangkan aspirasi tersebut. (tim/kb)