GIANYAR, Kilasbali.com – Dengan nama dan stigma baru, pihak manajemen pastikan akan membongkar bangunan Parq Ubud yang melanggar dan akan dikembalikan jadi sawah.
Proses demolition atau pembongkaran secara simbolis melibatkan Cok Ace dan Ni Luh Djelantik yang sebelumnya gencar menyoroti Parq hingga akhirnya ditutup pemerintah.
Proses pembongkaran secara simbolis, Rabu (25/6), diawali dengan proses prelina terhadap bangunan membentang di areal yang dulunya sawah, di Lingkungan Tegallantang, Ubud.
Secara bergiliran pembongkaran dengan peralatan palu (hammer) diawali oleh mantan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace.
Dilanjutkan oleh jajaran unsur pimpinan kecamatan serta Bendesa Adat setempat. Terakhir, dengan palu besar, Ni Luh Djelantik menggebuk tembok bangunan yang disusul awak media.
Dalam kegiatan itu pihak manajemen menghadirkan Kadek Agus Purwadi sebagai COO PT. Gold Dragon, Lisa Sirotinina dari Perwakilan Investor serta Ni Luh Djelantik sebagai pembicara dan sesi prescon.
Ni Luh Djelantik mengakui, kehadirannya mungkin sangat riskan. Namun dirinya menyakinkan jika kehadirannya sebagai wujud konsistensinya untuk memastikan investor baru pasca akusisi Parq ini bisa menutup gelapnya histori Parq di masa lalu.
“Saya hadir untuk memastikan pihak investor wajib tertib aturan serta menyayangi alam serta lingkungan. Bangunan yang melanggar pun akan dikembalikan ke fungsi awalnya sebagai sawah,” ujarnya.
Kadek Agus Purwadi sebagai COO PT. Gold Dragon sendiri mengaku sudah melakukan sejumlah upaya untuk menunjukkan komitmen manajemen baru dalam menyelaraskan visi pemerintah, memastikan pembangunan yang bertanggung jawab serta memberikan manfaat bagi investor dan juga komunitas lokal.
Mulai dari penyelamatan 300 karyawan yang 90 persen orang lokal, bersinergi dengan lingkungan, khususnya warga Tegallantang Ubud serta secara niskala sudah melakukan proses guru piduka, pecaruan dan lainnya.
Sejumlah bangunan atas permintaan desa adat juga sudah di bongkar. Dan kini masih dalam proses pembongkaran bangunan besar yang melanggar perizinan. “Untuk menghilangkan kesan masa lalu, nama Parq pun akan kami rubah,” terangnya.
Dengan harapan besar, Panglingsir Puri Ubud, Cok Ace menyatakan ingin mengakhiri mimpi buruk terhadap pariwisata Ubud yang selama ini menghantuinya. Selama empat tahun menyoroti keberadaan Parq yang melenceng dari arah pariwisata Ubud akhirnya berakhir di awal 2025.
Kini melalui manajemen baru yang mulai menunjukkan komitmennya, diharapkan eks Parq ini sebagai bagian pariwisata budaya berbasis masyarakat dan akan terus dalam kawalannya.
“Saya harus pastikan manajemen baru ini nantinya menjadikan eks Parq sebagai tempat untuk mensejahterakan masyarakat. Karena masyarakat Ubud khususnya bukan objek namun juga pelaku pariwisata. Jadi masyarakat harus dilibatkan dalam industri ini,” tegasnya. (Ina/kb)