GIANYAR, Kilasbali.com – Gianyar yang disemati julukan gudangnya seniman. Pasalnya, di kabupaten ini tidak hanya ada maestro tari, penabuh, pematung maupun pelukis. Namun lengkap pula dengan sastrawannya yang mewarnai seni sastra Bali modern. Gianyar memiliki sastrawan besar seperti I Made Sangra almarhum dan hingga kini masih memiliki sastrawan besar seperti I Nyoman Manda.
Di tengah meredupnya seni sastra ini kini, Gianyar kini memiliki tempat untuk berdiskusi, membedah dan siap melahirkan karya sastra Bali. Tempat ini terwadahi dalam Yayasan Wahana Dharma Sastra Made Sanggra atau Yayasan Made Sanggra yang diresmikan, Kamis (20/6/2019).
Maestro seni serba bisa yang lebih dikenal dengan sebagai sastrawan Bali modern ini, merupakan pembawa perubahan kesusastraan di Bali dengan melahirkan segudang karya sastra Bali dan menjadi kiblat pembelajaran Sastra Bali Modern sejak Tahun 1970-an.
Mengenang 12 tahun kepergiannya, dan untuk melanjutkan perjuangan almarhum Made Sanggra , kini ada Yayasan yang siap melanjutkan perjuangannya dalam sastra Bali modern.
Ketua Yayasan Made Sanggra, Made Suarjana mengatakan, salah satu pesan yang masih dikenang saat ini adalah berbahasa Bali agar jangan menjadi wacana, namun menjadi laksana dan bila tidak akan menjadi bencana.
Menurutnya, menjalankan misi dari almarhum untuk melestarikan bahasa dan sastra Bali dengan membentuk wadah sehingga seni sastra Bali bisa bangkit sejalan dengan perkembangan kebudayaan Bali yang juga dilandasi sastra-sastra Bali. Almarhum sendiri selain sebagai veteran, juga pernah duduk sebagai anggota DPRD Gianyar, membukukan Cerpen Berbahasa Bali, ‘Ketemu Ring Tampaksiring,’ pupulan Puisi ‘Ganda Sari.’
Kadisbud Bali, Wayan Kun Adnyana dalam sambutannya Pemprov Bali sangat memberikan apresiasi terhadap lembaga di luar pemeritah yang memiliki tujuan melestarikan seni dan sastra Bali. Menurut Kun Adnyana, Pemprov Bali telah memberikan payung guna melindungi, mengembangkan seni dan sastra Bali melalui Perda Berbahasa Bali dan Berpakaian Adat Bali.
“Selain melalui PKB, kegiatan-kegiatan yang bertajuk seni dan sastra Bali sudah ada seperti Festival Bali Jani, bulan berbahasa Bali dan kegiatan lainnya,” jelas Kun Adnyana.
Dengan lahirnya Yayasan Made Sanggra tersebut, Kun Adnyana memiliki optimisme bahwa seni dan sastra Bali akan terus berkembang dan apa yang telah menjadi wacana sebelumnya sudah terjawab.
Prof Dibia yang hadir memberikan sambutan menyebutkan dirinya berguru banyak dari almarhum Made Sanggra. Salah satu karya Cerpen, “Katemu Ring Tampaksiring,” memberikan inspirasi buat penciptaan karya seni Arja.
“Beliau memiliki alur gramatik yang karya-karyanya bias dijadikan sumber inspirasi,” jelas Prof Dibia. Diakui Prof Dibia, selain mewariskan seni dan sastra Bali kepada putra-putrinya, almarhum juga mewariskan bakatnya kepada beberapa seniman sastra Bali saat ini.
Usai peresmian, dibacakan beberapa puisi karya Made Sanggra, seperti puisi yang dibacakan Made Manda yang berjudul ‘Suara Saking Setra’ yang mampu membius penonton yang hadir. Karya puisi ini memenangkan lomba karya puisi Listibya Bali tahun 1972 silam dan beberapa puisi lain juga dibacakan putra-putri almarhum.
Hadir dalam peresmian yayasan, Kadisbud Provinsi Bali, Wayan Kun Adnyana, yang juga dihadiri beberapa murid idiologis seperti Prof Wayan Dibia, Mas Ruscita Dewi dan seniman lain seperti Abu Bakar, Nyoman Erawan, Jengki Sunarta, Made Manda serta seniman lain dan masyarakat Banjar Gelulung, Desa Sukawati (ina/kb)