TABANAN, Kilasbali.com – Respon masyarakat terhadap layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Kabupaten Tabanan rupanya masih rendah.
Padahal, CKG merupakan upaya deteksi dini untuk mencegah perkembangan sebuah penyakit agar tidak mengarah pada kondisi yang lebih berat.
Terlebih, risiko penyakit tidak menular yang terjadi di tengah masyarakat relatif tinggi seperti hipertensi, diabetes, hingga gagal jantung.
Respon ini terungkap dalam Forum Konsultasi Masyarakat yang digelar Dinas Kesehatan (Diskes) Tabanan secara online pada Rabu (14/5).
Dalam forum itu terungkap, respon masyarakat terhadap CKG masih berada di posisi 0,4 persen.
Bahkan, sesuai data yang ada, dari total pendaftar yang jumlahnya 1.011 orang hanya 856 orang yang hadir.
Kondisi ini tentu menjadi tantangan bagi Diskes Tabanan seperti disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, I Wayan Triana Suryanata.
“Program CKG ini bukan sekadar formalitas. Ini adalah upaya untuk menjaga masyarakat tetap sehat. Jika tidak dimanfaatkan, kita akan terus tertinggal dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular,” kata Triana.
Terlebih, sambungnya, CKG menjadi upaya pemerintah untuk meningkatkan harapan hidup masyarakat menjadi 74 tahun dalam kondisi sehat.
Sehingga, partisipasi masyarakat dalam program ini sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan penyakit.
Menurutnya, Diskes Tabanan telah menjalankan beberapa pendekatan promotif dan preventif untuk bisa menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular.
Terlepas dari itu, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi CKG kepada masyarakat dengan menggandeng berbagai pemangku kebijakan.
“Target cakupan masyarakat untuk program CKG ini bisa mencapai angka 40 persen,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Selemadeg Barat, dr Arya Putra, menyebut rendahnya minat masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum sakit memang menjadi tantangan tersendiri.
“Padahal program CKG ini bisa membantu deteksi dini sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat dan lebih ringan,” jelas dr Arya Putra yang menjadi moderator dalam forum tersebut.
Bila melihat data Diskes Tabanan sampai April 2025, hipertensi dan diabetes melitus masih mendominasi kasus yang terjadi di antara sepuluh besar penyakit tidak menular.
Di luar itu, ada juga rematik, gangguan lambung, nyeri otot, hingga gagal jantung. Semuanya, menurut dr Arya Putra, merupakan penyakit kronis yang perlu pengobatan jangka panjang.
Dikatakan juga, tidak sedikit yang penderitanya harus melalui prosedur medis mahal seperti operasi atau cuci darah.
“Kesembuhan dimulai dari pencegahan. Jangan tunggu sakit dulu baru peduli. Cek kesehatan secara berkala adalah investasi masa depan,” pungkasnya. (c/kb)