GIANYAR, Kilasbali.com – Dengan pola perubahan trayek, trip dan sistem pembiayaan, para sopir angkutan siswa gratis Gianyar dirasakan menurun. Mempertanyakan kebijakan ini, puluhan sopir mendatangi kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Gianyar, Kamis (13/2). Kedatangan sopir angkutan siswa tersebut diterima Kepala Dinas Perhubungan Gianyar, I Made Arianta.
Seorang sopir, Wayan Artana, mengungkapkan, pendapatannya turun dibandingkan tahun 2024. Sekarang trip tambah tapi pendapatan turun. “Dulu tripnya dua kali, pagi dan siang, sekarang tetap double trip tapi pendapatan menurun,” ujarnya.
Kadishub Gianyar, I Made Arianta, mengakui jika pendapatan sebagian sopir ini mengalami perubahan. Di mana ada yang naik dan ada yang mengalami penurunan.
Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan trayek, perubahan trip dan juga perubahan sistem perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK). Tahun sebelumnya pembayaran masih menerapkan BOK dua sesi yakni shift pagi dan sesi sore, sehingga bagi kendaraan yang melayani dua kali, maka mereka mendapatkan dua kali BOK.
“Jadi, tahun sebelumnya sopir yang melayani pagi dan sore menerima BOK dua kali lipat dari sopir lain yg hanya mendapatkan pelayanan 1 sesi pagi saja,” ujarnya.
Maka di tahun 2025 ini, dirinya pun menyelaraskan perhitungan BOK agar tidak ketimpangan penghasilan yang terlalu jauh antara pramudi yang mendapatkan 1 sesi dan 2 sesi. “Tahun lalu kesenjangan sangat jauh. Dulu BOK dirancang 2 sesi, sesi pagi dan sesi sore. Jadi yang dapat 2 sesi, dapat BOK dua kali lipat dr temen sopir yg dapat hanya 1 sesi,” paparnya.
Karena itu pula dilakukan kajian, sehingga di tahun 2025 BOK menjadi disetarakan sehingga perbandingan pendapatan antara 1 sesi dan 2 sesi adalah 1 berbanding sekitar 1,5 . “Karena inilah, pendapatan temen2 pramudi yang kemarin dapat 2 sesi itu terkesan menurun. Tapi di lain sisi pendapatan temen sopir yang hanya dapat 1 sesi cenderung meningkat,” katanya.
Ketentuan tentang upah ini, sebutnya, seharusnya disampaikan DAMRI selaku operator layanan angkutan siswa gratis ini. Namun karena sopir minta penjelasan segera, pihaknya menerima dan memberi penjelasan agar lebih cepat dan mudah dipahami para sopir. “Kami ingin persoalan ini tak berlarut-larut dan mengganggu kualitas pelayanan,” ujar Arianta.
Diungkapkannya, sejak kebijakan BOK 1,5 ini diterapkan, ada 109 orang sopir yang pendapatannya mengalami peningkatan dan 113 orang sopir menurun, sebagian besar yang turun adalah yang mendapatkan layanan 2 sesi.
Namun walaupun turun, Jumlah pendapatan sopir yang dapat 2 sesi rata-rata tetap lebih tinggi dari yang 1 sesi walau sudah mengalami kenaikan. Inilah yang disebut konsep penyelarasan agar ketimpangannya tidak terlalu jauh.
Di tahun 2025 ini, kata Arianta, pihaknya melakukan peningkatan layanan dengan mengintensifkan penggunaan armada. Yakni, dari melayani 21 sekolah di 2024 sekarang keseluruhan SMP Negeri sejumlah 27 sekolah sudah terlayani di 2025.
“Jadi memang dengan kebijakan ini sopir semakin capek karena kerjanya double, tapi pendapatannya juga meningkat. Inilah cara kami untuk memaksimalkan layanan agar sekolah dan siswa yang dilayani dapat bertambah. Tambahan trip yang kami tugaskan adalah untuk memaksimalkan pelayanan pada anak-anak siswa yang membutuhkan,” tegasnya. (ina/kb)