PolitikTabanan

Komisi IV-Diskes Tabanan Lakukan Rapat Kerja Bahas Tren DBD

    TABANAN, Kilasbali.com – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tabanan terus mengalami peningkatan signifikan, yang langsung memicu respons dari kalangan dewan.

    Komisi IV DPRD Kabupaten Tabanan mengadakan pertemuan dengan Kepala Dinas Kesehatan untuk membahas upaya penanganan dan pencegahan penyebaran DB.

    Ketua Komisi IV DPRD Tabanan, I Gusti Komang Wastana, menyatakan keprihatinannya atas lonjakan kasus DBD di wilayah tersebut.

    “Memang untuk saat ini angka DB sangat tinggi, pihaknya ingin mengklarifikasi dan penanganan yang dilakukan Dinkes untuk meminimalisir tingginya angka DB. Dan setiap berkunjung ke RSU pasti ada saja pasien demam berdarah,” ujar Wastana usai rapat kerja dengan Dinas Kesehatan, Rabu (12/6).

    Data menunjukkan bahwa sejak Januari hingga Mei 2024, terjadi lonjakan kasus DBD hingga mencapai 1.027 kasus, dengan 3 orang meninggal dunia pada periode yang sama.

    Baca Juga:  KPU Tabanan Simulasikan Pemungutan-Penghitungan Suara Pilkada 2024 di Antosari

    Untuk perbandingan, pada tahun 2023, jumlah kasus DB total sebanyak 644 kasus, dengan 358 kasus terjadi dari Januari hingga Mei. Angka kematian akibat DBD pada tahun 2023 mencapai 4 orang, sedangkan pada awal tahun 2024 sudah ada 3 kasus kematian.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, dr. Ida Bagus Surya Wira Andi, menjelaskan bahwa peningkatan kasus deman berdarah di Tabanan sejalan dengan tren di seluruh Bali, di mana Kabupaten Gianyar mencatat 2.004 kasus dan Denpasar menjadi wilayah tertinggi dengan 5 kematian. Tabanan sendiri berada di peringkat kelima dalam jumlah kasus DBD di Bali.

    “Peningkatan kasus DB di Tabanan sejalan dengan tren di seluruh Bali, di mana Kabupaten Gianyar mencatat 2.004 kasus dan Denpasar menjadi wilayah tertinggi dengan 5 kematian. Tabanan sendiri berada di peringkat kelima dalam jumlah kasus DB di Bali,” jelasnya.

    Baca Juga:  Istri De Gadjah dan Tim Mulyadi-Ardika Disambut Hangat Warga Banjar Batusangian

    Menurut Wira Andi, faktor utama peningkatan kasus deman berdarah ini adalah perubahan cuaca ekstrem, menurunnya kesadaran masyarakat dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), tingkat pemantauan jentik yang kurang optimal, dan pertumbuhan populasi di daerah perumahan.

    “Pemeliharaan lingkungan yang buruk, terutama dalam pengelolaan sampah plastik yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, juga berkontribusi,” tambahnya.

    Meskipun masyarakat sering meminta fogging, metode ini hanya efektif membunuh nyamuk dewasa. “Yang lebih baik adalah melakukan PSN,” jelas Kepala Dinas Kesehatan.

    Pada tahun 2023, Tabanan melakukan fogging di 45 lokus, sedangkan pada tahun 2024, meskipun telah mengusulkan 60 lokus, hanya mendapat alokasi untuk 38 lokus.

    Baca Juga:  Seorang Lansia di Belumbang Ditemukan Tewas di Saluran Irigasi

    Anggaran fogging juga berkurang dari Rp 343 juta pada 2023 menjadi Rp 241 juta pada 2024. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan telah berkoordinasi dan mengajukan surat untuk penambahan anggaran dari APBD.

    Strategi pencegahan yang disarankan oleh Dinas Kesehatan adalah pelaksanaan PSN secara intensif, penyediaan fasilitas pengecekan DBD di Puskesmas, dan kampanye kesehatan di Dusun, Banjar, dan Desa. Selain itu, koordinasi dengan rumah sakit pemerintah dan swasta terus dilakukan untuk menangani kasus DBD.

    “Kami juga berharap adanya bantuan pendanaan untuk program Jumantik Desa guna menekan kasus DBD yang terus meningkat,” tambah Wira Andi.

    Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kasus DBD di Kabupaten Tabanan dapat segera ditekan dan kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan lebih baik. (c/kb)

     

    Back to top button

    Berita ini dilindungi