BULELENG, Kilasbali.com – Panen beras organik di Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng melimpah. Sayangnya, sejumlah petani mengeluh. Pasalnya, beras organik ini kesulitan untuk dipasarkan akibat imbas Pandemi Covid-19.
Perbekel Desa Kerobokan, Putu Wisnu Wardana saat ditemui mengatakan, selama ini belum ada pihak yang bisa diajak kerja sama untuk membeli hasil panen beras organik dalam jumlah besar secara berkelanjutan.
Praktis secara ekonomi, perputaran uang yang didapatkan petani menjadi lambat dan berpotensi tidak menentu.
“Kendala yang kita hadapi hasil panen padi (beras organik) yang melimpah ini tidak diimbangi dengan pihak yang membeli. Ya, situasi pandemi Covid ini membuat sejumlah sektor bisnis dan pariwisata gulung tikar. Kita ikut bingung mencari jalan, kemana harus kami pasarkan beras ini,” terang Perbekel Wisnu, Jumat (9/4/2021).
Perbekel Wisnu merinci, hasil panen padi perlakuan full organik Demplot Desa Kerobokan dalam progran penguatan ketahanan pangan dibagi menjadi dua terdiri dari beras organik dan ketan.
Nah, jumlah luasan lahan tanaman padi organik 9200 meter persegi (92 are), sementara ketan seluas 5000 meter persegi (50 are).
“Estimasi ubinan petugas lapangan Dinas Pertanian Buleleng itu, hitungannya per hektar, hasilnya 77,3 kwintal/ 7720kg per hektar. Hasil panen padi organik yang kita panen baru seluas 60 are ini masih bingung mau dipasarkan kemana? Harga per kilo beras organik kami jual Rp 15 ribu. Ya, agak mahal karena kualitas beras organik tentunya sehat karena diperlakukan full organik tanpa menggunakan bahan kimia atau pestisida,” ungkapnya.
Perbekel Wisnu berharap ada pihak yang membantu pemasaraan beras organik Kerobokan.
“Kita tetap berusaha mencari rekanan, baik dari pemerintah atau swasta agar produk beras organik Kerobokan bisa laku terjual,” tandasnya. (ard/kb)