Tabanan

Keunggulan Padi Organik

Sunada: Petani Diajarkan Buat Pupuk

    TABANAN, Kilasbali.com – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Provinsi Bali, I Wayan Sunada berbaur dengan petani dan mengikuti sekaa manyi, panen padi organik di Subak Jaka, Kukuh, Marga, Tabanan, Minggu (24/7) pagi.

    Padi yang dipanen ini merupakan padi organik varietas Inpari 32 yang ditanam di sawah seluas 48 hektar. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Provinsi Bali, I Wayan Sunada mengatakan, hasil padi dari organik ini sangat sehat untuk dikonsumsi.

    Baca Juga:  Mulyadi-Ardika Janji Perkuat Sinergi Banjar Dinas dan Adat untuk Rawat Kerukunan Antarwarga

    “Hasil yang didapatkan dari padi organik ini, per 1 hektar mampu menghasilkan padi seberat 6 ton,” ungkapnya.

    Menurutnya, Desa Kukuh ini adalah kampong kelahirannya, sehingga setiap saat selalu hadir membantu petani dalam meningkatkan hasil produksinya. Bahkan, hal itu dia lakukan sejak jauh hari, sebelum dipercaya sebagai Kadistan Bali.

    Lanjutnya, pendampingan dilakukan bukan saja saat penanaman saja. Namun, lanjut dia, para petani juga diajarkan untuk membuat pupuk cair maupun padat dengan memanfaatkan bahan yang ada.

    Baca Juga:  Alasan Ardika Bikin Forum Tabanan Bebas Bicara

    “Jadi mereka kita edukasi untuk pembuatan pupuk nabati dan hayati. Ini organik diambil dari bahan-bahan yang ada di sekitar Desa Kutuh,” ungkap Sunada.

    Dengan sistem organik dan pupuk dibuat sendiri, lanjut Sunada, petani bisa menekan dari sisi produksi. Karena tidak lagi membeli pupuk maupun pestisida. Selain itu, jelas dia, dari segi jual harga padi organik ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan padi yang diolah secara konvensional.

    Baca Juga:  Tindak Lanjuti Rekomendasi Bawaslu, KPU Tabanan Akan Turunkan Spanduk Si Gundul-Kandang Banteng

    “Untuk padi organik, itu dikisaran harga Rp4.600 per kilogram, sedangkan padi konvensional di kisaran Rp3.700 per kilogram. Jadi dengan organik ini, petani berlipat keuntungannya. Yakni pertama tidak membeli pupuk, hasil melimpah, dan harga meluah mahal,” pungkasnya. (jus/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi