Koster menegaskan, selain melakukan ramah-tamah dalam rangka Hari Raya Idul Fitri, kegiatan ini sekaligus bersama-sama berkumpul untuk merayakan dan mengenang hari lahir Ir Sukarno, Bapak Bangsa Indonesia, Proklamator dan Penggali Pancasila.
“Bulan Juni memang bulan yang penuh dengan tonggak-tonggak sejarah yang terkait dengan Bung Karno, Pancasila, Dasar dan Ideologi Negara yang dirumuskan pertama-kalinya oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945. Kemudian pada 6 Juni adalah Hari Lahir Bung Karno dan pada 21 Juni adalah Hari Wafat Bung Karno,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali.
Menurutnya, tujuan penyelenggaraan Bulan Bung Karno, pertama, mengutamakan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Bali dalam berbangsa dan bernegara. Kedua, meningkatkan pemahaman masyarakat Bali tentang sejarah, filosofi dan nilai-nilai Pancasila. Ketiga, memperkokoh inklusi sosial di tengah kontestasi nilai (ideologi) dan kepentingan yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas.
Keempat, membangkitkan dan Bali memelihara tentang masyarakat kolektif memori ketokohan dan keteladanan Ir Soekarno sebagai dan Proklamator Pancasila penggali Kemerdekaan Republik Indonesia. Kelima, memperkuat institusionalisasi nilai-nilai lokal kearifan dengan Pancasila sesuai masyarakat Bali.
“Keseluruhan rangkaian kegiatan ini sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru,” ujarnya.
Selanjutnya, bertepatan pada Idul Fitri 1440 H kali ini, Koster mengucapkan selamat hari raya bagi segenap umat Muslim.
“Masyarakat Hindu Bali memiliki sebutan khusus: Nyama Selam (saudara Muslim) dan hingga saat ini tradisi saling mengunjungi dan mengirimkan makanan (ngejot) antara masyarakat Muslim dan Hindu masih berlangsung. Inilah bukti nyata tentang “Lima Berlian” yang digali Bung Karno dan dirumuskan menjadi Pancasila. Inilah sifat dan karakter sejati bangsa kita,” tegasnya.
Sementara itu, Pembina MUI Bali H Roi Chan menyatakan kegiatan ini adalah pertemuan silaturahmi, serta menyambung kasih sayang. Halal bihalal itu adalah ajang untuk saling memaafkan.
“Bulan Ramadhan itu bukan sekedar tidak sekedar makan dan minum. Pada momen ini, mari menebarkan kedamaian. Mari berlomba dalam kebaikan,” katanya.
Kegiatan ini diakhiri pembacaan puisi ‘Agustus’ karya Yudhistira AN Massardi oleh seniman nasional sekaligus istri Gubernur Bali Ny Putri Suastini Koster. Puisi ini dibacakan penuh penghayatan, sehingga iringan aplaus audiens terdengar meriah. (rls*/kb)