TABANAN, Kilasbali.com – Kelompok ternak Pangkaja yang berada di Banjar/Desa Batannyuh, Kecamatan Marga rupanya tidak hanya sekadar mengurus sapi semata.
Kelompok ternak yang mulai aktif sejak pertengahan 2023 ini juga punya kegiatan produktif lain yang prospektif yakni memproduksi pupuk organik.
Sayangnya, karena keterbatasan alat pengolahan, kelompok ternak ini belum mampu memproduksi pupuk organik dalam volume yang besar.
Karena itu, kelompok ternak ini sangat berharap adanya bantuan berupa alat olah kotoran hewan (kohe) yang menjadi bahan baku produksi pupuk organik.
Seperti diungkapkan Ketua Kelompok Ternak Pangkaja, Wayan Suana, sejauh ini mereka mengolah kohe secara manual dengan modal tenaga fisik dan waktu yang panjang.
“Kami sangat memerlukan alat pengolahan kohe seperti mesin penghancur,” ungkap Suana beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, dengan cara manual, kelompoknya harus kerja keras dengan menggunakan tenaga fisik untuk bisa memproduksi pupuk organik.
“Saat ini, kami masih pakai cara manual. Mulai dari proses fermentasinya sampai pengayakan. Cara ini sangat menguras tenaga,” sebutnya.
Belum lagi, proses pembuatan pupuk organik juga harus melalui tahap fermentasi yang lamanya 21 hari. Itu untuk satu olahan yang volumenya sekitar dua ton.
Tidak hanya itu, pembuatan pupuk organik dari kohe sapi juga perlu melalui proses pengeringan yang lamanya 21 hari juga.
Baru setelah itu, kohe yang telah difermentasi dan dikeringkan tersebut akan diayak hingga menjadi pupuk organik siap pakai.
“Dengan car aini (manual), kelompok kami hanya bisa menghasilkan pupuk organik dalam jumlah yang terbatas,” bebernya.
Setidaknya, dengan cara yang bisa dilakukan sejauh ini, kelompoknya hanya mampu memproduksi dua karung pupuk organik dalam tiap dua bulannya.
“Biasanya dimanfaatkan untuk anggota kelompok yang juga memiliki lahan pertanian,” ungkapnya.
Menurut Suana, pupuk organik memiliki prospek yang baik dan menjanjikan karena banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan di Marga.
Dari sisi harga, sambungnya, satu kilogram pupuk organik siap pakai bisa dijual seharga Rp 1.000.
Terhadap kebutuhan itu, kelompoknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Tabanan agar bisa memperoleh alat pengolahan kohe.
“Karena potensi besar ini harus dikelola dengan baik sehingga manfaatnya bisa dirasakan secara maksimal,” sambungnya.
Kelompok Ternak Pangkaja sendiri sudah mulai berdiri sejak 2023 lalu. Di tahun yang sama, yakni pada Desember 2023, kelompok ini sudah mulai aktif melakukan kegiatan peternakan.
Saat ini, kelompok tersebut memelihara 16 ekor sapi. Dari jumlah itu, delapan ekor di antaranya milik kelompok dan delapan ekor lainnya milik anggota. (c/kb)