TABANAN, Kilasbali.com – Warga Banjar Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Bali tumpah ruah untuk mengikuti tradisi mersuryak yang digelar masyarakat setempat, Sabtu (3/8/2019). Di mana tradisi ini diadakan setiap enam bulan sekali, tepatnya setiap Hari Raya Kuningan.
Tradisi mesuryak berlangsung secara turun temurun di Banjar Bongan Gede, Desa Bongan Kecamatan Tabanan, Bali. Entah kapan mulainya digelar tradisi ini, para tetua di Banjar Bongan Gede pun tidak mengetahuinya dengan pasti.
Yang jelas tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala dan tetap lestari hingga saat ini. Bahkan tradisi mesuryak ini dibawa oleh masyarakat Bongan yang transmigrasi ke Lampung sekitar tahun 1958.
Salah seorang warga, I Nyoman Suandhi (60) yang transmigrasi ke Lampung tahun 1958, dan saat ini sedang merayakan Kuningan di Bongan Gede, mengatakan bahwa warga Bali yang transmigrasi ke Lampung tetap mempertahankan adat dan tradisi yang ada di Bali. Termasuk tradisi mesuryak.
“Kami di Lampung juga tetap menjalankan tradisi mesuryak setiap enam bulan sekali tepatnya di hari raya Kuningan,” katanya disela sela acara tradisi mesuryak.
Pria parubaya yang tinggal di Desa Rama Dewa, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah menambahkan, prosesi mesyurak di Lampung juga sama persis dengan yang ada di Bali. “Hanya saja tidak seramai yang di Bali,” terangnya.
Pensiunan Kepala Sekolah SD ini menuturkan, sebelum raja dwata (para leluhur) diantar menuju surga dilakukan prosesi mesuryak. “Kita antarkan leluhur kembali ke surga dengan penuh suka cita dan bersorak atau mesuryak,” jelasnya.
Dikatakanya, tidak hanya tradisi mesuryak yang dibawa ke Lampung, tradisi mepatung juga masih dipertahankan masyarakat Bali yang ada di Lampung. “Jadi semua tradisi adat dan budaya yang ada di Bali kami terapkan di Lampung namun sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada disana,” jelasnya.
Sementara itu salah satu tokoh masyarakat Bongan Gede I Ketut Alit Subagia mengatakan tradisi mesuryak sudah ada sejak turun termurun. “Tradisi mesuryak ini merupakan ucapan syukur kami kepada leluhur dengan suka cita melepas para lelulur kembali ke surga,” tandasnya.
Seperti biasa prosesi tradisi mesuryak di hari raya Kuningan diawali dengan persembahyangan di Pura Dalem. Kemudia dilanjutkan pesembahyangan di masing masing sanggah merajan sekitar pukul 09.30 WITA . Setelah prosesi persembahyangan di masing masing sanggah merajan selesai, kemudian banten upacara hari raya Kuningan yang merupakan symbol dari para leluhur dibawa ke kori agung rumah masing masing.
Di depan pintu atau kori, segala macem banten sesanjen diupacarai oleh pemangku ataupun tetua, kemudian dilanjutkan dengan prosesi mesuryak. Di mana tujuan tradisi ini untuk persembahan kepada leluhur bekal berupa uang kertas maupun uang logam.
Uang tersebut kemudian di lemparkan ke udara sambil mesuryak ( bersorak ) lalu diperbutkan oleh banyak orang laki perempuan anak anak dan dewasa. Besaran uang yang digunakan mesuryak tergantung dari kemampuan warga. Yang paling tinggi bisa sampai Rp 5 Juta paling rendah Rp 500 ribu. (kb)