GIANYAR, Kilasbali.com – Serangan hama tikus yang terjadi di beberapa subak di Gianyar, saat ini mulai mereda. Meski hasilnya tidak sesuai harapan, sebagian besar subak sudah memasuki masa panen.
Dalam upaya pemberantasan hama tikus, di beberapa subak petani menggunakan racun dan juga memiliki upaya niskala.
Kepala UPT Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, Distannak Gianyar, Made Martha Kusuma, menjelaskan, karena subak-subak yang terserang hama tikus sudah panen, maka serangan hama relatif menurun.
Kata dia, ada padi yang dipanen lebih awal, guna menghindari kerugian lebih besar. “Secara umum wilayah subak yang terserang hama tikus sudah panen padi dan ada yang panen padi lebih awal guna menghindari kerugian akibat hama tikus,” jelas Made Martha Kusuma, Senin (12/5).
Sedangkan katagori serangan hama tikus ini tergolong serangan ringan dan sedang. Hanya khusus digunakan Subak Kendran, Tegalalang saja termasuk katagori berat dan wilayah Subak Angklung, Desa Bakbakan Gianyar.
Made Martha menjelaskan berapa jumlah kerugian petani akibat serangan hama tikus ini sedang dihitung. Diperkirakan secara keseluruhan hasil panen padi petani yang terserang hama tikus ini sekitar 25%.
“Bila dihitung secara keseluruhan hasil panen padi di Kabupaten Gianyar pada masa tanam periode 1 tahun 2025 surplus padi, di samping realisasi tanam padi sesuai harapan,” jelasnya.
Lanjutnya, luas panen padi periode 1 tahun 2025 seluas 2.200 hektar lebih. Dan sekitar 100 hektar yang sedang masa panen.
Dikatakan Martha, kendala untuk membasminya serangan hama tikus, petugas di lapangan sering menghadapi petani yang memiliki kepercayaan atau mitos dan tidak mengizinkan petugas lapangan menebar racun tikus.
“Ini contohnya di Subak Angkling, Desa Bakbakan, petani disana memiliki kepercayaan tidak melakukan pembasmian tikus dengan racun, sehingga upaya pembasmian menghadapi kendala. Sedangkan upaya Niskala yang dilakukan juga belum membuahkan hasil,” ujarnya.
Kondisi ini menyebabkan petugas lapangan mesti menghormati kepercayaan para petani. Di mana petani lebih memilih upaya Niskala sebagai upaya pengendalian hama tikus.
“Namun yang paling penting adalah selalu menjaga kawasan pertanian, baik dari tempat sampah dadakan, menutup saluran irigasi berlubang dan proses ini dimulai saat memasuki masa tanam,” ajaknya.
Kendala lainnya juga, dimana pemilik sawah, mengelola sawahnya dengan sistem upah, sehingga perawatan pematang dan saluran irigasi menjadi berkurang. (ina/kb)