DENPASAR, Kilasbali.com – Penampilan Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta di Pesta Kesenian Bali (PKB) bukanlah kali pertama. Sejak saya menjabat Kepala Dinas Kebudayaan tahun 2017, ini sudah penampilan yang ketiga di PKB.
Hal tersebut Kepala Dinas Kebudayaan kabupaten Gunung Kidul, Agus Kamtono saat ditemu usai pementasan di kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar, Jumat malam (28/6/2019).
Kali ini menurut Agus, kabupaten Gunung Kidul menampilkan tiga jenis kesenian. Pertama kami menampilkan konser karawitan, kemudian tari Kebyar Sekar Winarna dan terakhir sendratari Prahara Kraton Pengging, terang Agus.
Sendratari Prahara Kraton Pengging ini menurut Agus. Menceritakan tentang kisah Bandung Bondowoso dan kaitannya dengan pembangunan Candi Prambanan. Dulu ada kerajaaan besar yang bernama Prambanan. Rakyat hidup tentram dan damai. Kemudian kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh kerajaan Pengging yang dipimpin Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso jatuh cinta dengan Roro Jonggrang, putri kerajaan Prambanan. Tetapi Roro Jonggrang menolak dinikahi Bandung Bondowoso. Sehingga ia mengajukan syarat, ia bersedia dinikahi oleh Bandung Bondowoso bila Bandung Bondowoso mampu membuat 1000 candi dalam semalam sebagai bukti rasa cintanya.
Bandung Bondowoso menyanggupi syarat itu. Ia dibantu para raja jin dengan anak buahnya (yang ditaklukkan Bandung Bondowoso-red) nyaris mampu menyelesaikan ke-1000 candi dalam semalam. Karena Roro Jonggrang tidak ingin dinikahi oleh Bandung Bondowoso maka ia mengerahkan perempuan-perempuan Prambanan untuk menyalakan api besar di ufuk timur dan menumbuk padi, sehingga ayam mulai berkokok dan para jin menghentikan pembuatan candi. Ketika itu baru terwujud 999 candi.
Betapa marahnya Bandung Bondowoso mengetahui kelicikan Roro Jonggrang. Sehingga ia mengutuk perempuan Prambanan menjadi perawan tua dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi yang ke-1000.
Sementara tari Kebyar Sekar Winarna adalah tari yang menceritakan perempuan-perempuan Jogjakarta yang sedang membuat Batik, papar Agus.
Menurut Agus pilihan cerita Bandung Bondowoso sebagai pementasan puncak karena di ada peninggalan candi Prambanan.
Candi Prambanan dan juga Candi Borobudur itu sesungguhnya membuktikan bahwa seni arsitektur di Indonesia sudah maju sejak dulu.
“Kalau ada istilah kejarlah ilmu sampai ke negeri China, sebenarnya kita di Indonesia sendiri tidak kalah,” tegas Agus sembari mencontohkan Borobudur dan Prambanan sebagai contoh mahakarya arsitetur Indonesia abad itu dibandingkan peradaban dunia ketika itu.
Pementasan kabupaten Gunung Kidul itu didukung oleh kontingen yang berjumlah sekitar 50 an orang. Diakhir pembicaraan, Agus Kamtono menyampaikan pesan dari pementasan yang ditampilkan kabupaten Gunung Kidul.
“Kalau kita ingin belajar apapun, ingin mengetahui apapun, kita jangan putus asa. Jangan mudah menyerah. Kejarlah apa yang kamu inginkan, sampai kau dapat tetapi tetap dengan cara yang benar, itu pesan dari pementasan yang kami tampilkan,” ujar Agus Kamtono. (kb)