DENPASAR, Kilasbali.com – Seniman sekaligus pengamat senior I Wayan Dibia memberikan komentarnya guna membangkitkan semangat agar pemain dan penggarap kian berbenah melestarikan kesenian arja. “Saya lihat mereka kelepasan, setiap bagian mestinya ada porsinya masing-masing termasuk bagian melucunya,” tutur I Wayan Dibia memberi komentar terhadap Arja Duta Kota Denpasar, Jumat malam (21/6/2019).
Dibia yang malam itu hadir dalam pementasan arja Kota Denpasar tampak duduk bersama sang istri. Tak hanya Dibia, Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar telah terisi oleh para penonton yang ingin melihat aksi para pemain arja Kota Denpasar. Aksi lucu bermula saat tokoh Desak Rai yang diperankan Kadek Unik Jayanti bernyanyi sambil bersahut-sahutan dibalik langse (tirai-red) dengan Ibu Sang Putri yang merupakan majikannya. Kelucuan ini mengundang tawa para penonton. Para pemain pun seperti tak ingin kehilangan tawa penonton, hingga akhirnya mereka terus-menerus membuat lelucon spontan yang membuat garapan tak terkendali.
Tampaknya, ‘candu’ para pemain untuk terus melucu lantaran tak ingin membuat penonton mengantuk. Sebab, pertunjukkan arja yang dimulai pukul 19.00 wita belum juga usai hingga pukul 23.12 wita. Dibia pun mengungkapkan bahwa arja memang memiliki durasi yang panjang. Dengan porsi melucu yang lebih banyak, membuat durasi arja yang panjang semakin tak berporsi. “Dalam arja dan pertunjukkan lainnya yang sejenis telah diatur pakem-pakem cerita agar nanti penonton pulang tak hanya membawa hiburan tapi juga membawa tuntunan,” jelas Dibia.
Mengesampingkan porsi lucu yang berlebih, namun garapan Arja bertajuk Surat Tunggul ini berusaha menyajikan sebuah nostalgia. “Kami berusaha mencari-cari kembali guntang yang ada pada tahun 80-an, pakemnya sendiri kami menggunakan pakem RRI,” terang I Komang Juni Antara selaku koordinator garapan.
Dalam menggarap, Juni tidak sendiri. Terdapat pula Gede Anom Ranuara selaku pembina tari dan I Made Sudarsana selaku pembina tabuh. Setidaknya, baik Juni dan seniman dari Denpasar lainnya telah berusaha melestarikan kesenian arja dengan cara mereka sendiri. Semangat untuk terus berbuat inilah yang patut ditiru seniman lainnya agar senantiasa melindungi arja dari ancaman mati pelan-pelan. (jus/kb)