GIANYAR, Kilasbali.com – Jeritan masyarakat lantaran harga beras terus melambung dan hingga kini tidak terbendung, seakan terabaikan.
Kondisi ini pun membuat kalangan dewan ikut geram lantaran kerap menjadi bulan-bulanan masyarakat saat menemui konstituennnya.
Ketua Komisi IIII DPRD Gianyar, I Putu Gede Febriantara bahkan dengan tegas menyebutkan jika Pemerintah Pusat telah gagal namun justru pemerintah daerah kena getahnya.
Ditemui Senin (29/1), politisi asal Peninjauan, Batuan ini mengakui jika keluhan masyarakat terhadap melambungnya harga beras kini sudah mencapai klimaknya.
Karena dalam beberapa tahun terakhir, harga beras terus merangkak naik dan seakan tidak ada upaya pemerintah untuk mengendalikannya.
“Ini domainnya di pemerinah pusat. Kita di daerah hanya bisa melakukan kontroling terhadap kelancaran disitribusi dan memastikan tidak ada pihak-pihak yang melakukan penimbunan atau yang lainnya,” ungkapnya.
Pihaknya pun sangat menyayangkan sikap abai dari pemerintah pusat. Padahal implikasi dari melambungnya harga beras ini akan merembet ke sektor lainnya. Belum lagi inflasi rupiah yang secara langsung akan mempengaruhi daya beli masyarakat.
“Ini jelas ada salah kebijakan dari pemerintah pusat. Pemerintah harus segera mengambil tindakan ketika harga bahan pangan pokok dan strategis mengalami kenaikan. Hal itu perlu dilakukan agar masyarakat tidak semakin terbebani,” keluhnya.
Diakuinya, di Bali khusunya di Gianyar, semua jenis beras kini mengalami kenaikan harga diatas rata-rata nasional. Adapun harga beras premium, kata dia, saat ini sudah menyentuh angka Rp 16 ribu per kilogram (Kg) untuk eceran.
Sementara untuk berat 5 Kg, dijual seharga Rp 75 ribu. Sebelum harganya menyentuh Rp 16 ribu per Kg, beras premium ini dijual Rp 15 ribu per Kg.
Kenaikannya terus menerus di angka Rp 1.000 tidak terjadi pada beras premium saja, tapi beras lokal juga naik. Bahkan beras lokal kini menyentuh harga Rp 15 ribu untuk eceran satu kilogram.
Namun, disaat lonjakan harga beras ini, produksi beras di Kabupaten Gianyar tetap surflus, bahkan angkanya mencapai 30 ribu ton lebih.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gianyar, Dewi Hariyani.mengatakan, kenaikan harga beras tidak berdampak pada ketahanan pangan di Kabupaten Gianyar. Sebab Gianyar justru surflus beras di tahun 2023.
“Beras kita surflus, untuk berapa data surflusnya, itu di Dinas Pertanian,” ujarnya.
Mengenai harga beras saat ini sudah menyentuh angka Rp 15 ribu untuk beras lokal dan Rp 16 ribu untuk beras premium. Sementara HET hanya Rp 13.900. Dalihnya, beras itu kan pasar bebas.
“Mungkin ini karena pengaruh di tempat lain,” ujarnya.
Senada itu, Jafung Produksi Pertanian Dinas Pertanian Gianyar, Gusti Ayu Sugitarina Oka membenarkan bahwa produksi beras di Kabupaten Gianyar pada 2023 surflus 30 ribu ton.
Terkait lonjakan harga beras di tengah kelebihan beras ini, ia mengatakan hal tersebut dikarenakan pengaruh pengepul luar Bali.
Bahkan pengepul asal luar Bali ini disebutkan berani membeli gabah petani Gianyar dengan harga tinggi. Di mana HET nasional gabah sebesar Rp 6.300 per Kg, mereka berani membeli seharga Rp 7.400 per Kg. (ina/kb)