GIANYAR, Kilasbali.com – Pandemi Covid-19, tidak hanya menghantam perekonomian kalangan pengusaha wisata dan rakyat kecil. Di Gianyar, kalangan anggota dewan yang notabena, tetap menerima gaji bulanan pun kini mulai tekor.
Untuk menjaga stabilitas militansi konstituennya, tidak hanya memfasilitasi, para anggota dewan ini pun harus memenuhi harapan pemilihnya yang lagi kesulitan ekonomi. Hal ini didiungkapkan oleh salah satu anggota DPRD Gianyar.
Anggota DPRD Gianyar dari partai Gerindra, I Gusti Ngurah Agus Supriadi, Senin (2/8/2021) menyebutkan, selama krisis ekonomi lantran pandemi Covid-19 di Kabupaten Gianyar, pihaknya kerap djadikan sorotan sebagai pejabat yang serab berkecukupan lantaran gaji yang cukup besar.
Namun, kenyatannya, ungkap Ngurah, meski masih menerima gaji bulanan yang mencapai puluhan juta, namun dipastikan tidak sepenuhnya masuk ke kantong prbadinya.
Malahan sebaliknya, di tengah pandemi ini, pihaknya seakan hanya menjadi media penyalur.
“Dalam kondisi saat ini, posisi kami memang kerap dinilai miring ataupun disebuat hidup berkecukupan. Nyatanya saya, yang memang berlatar dari keluarga berada, justru harus pontang-panting juga,” ungkapnya.
Karena itu, pihaknya menegaskan bahwa anggapan masyarakat bahwa hanya dewan yang bisa tenang dalam masa krisis ini tidak serta benar adanya.
Bahkan bagi kebanyakan anggota DPRD, anggapan disebut keliru. “Justru saat ini ekonomi seperti ini, kami kena imbas yang signifikan,” ujarnya.
Disebutkan, gaji anggota DPRD yang diterima setiap bulan tidak murni hanya dinikmatinya sendiri. Sebab, gaji yang didapatkan, hampir sebagian besar kembali ke masyarakat sebagai upaya menjalin silaturahmi dengan konstituennya.
Misalnya dalam menghadiri setiap undangan. Mulai dari Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Dewa Yadnya dan sebagainya.
“Dalam menghadiri undangan ini tetunya kita tidak sekadar hadir, pasti ikut medana punia. Sebagai anggota DPRD, pasti memiliki ribuan konstituen dan tali silahturahminya wajib kita jaga,” terangnya.
Tidak hanya itu, semua kegiatan wajib ini sudah dijalankan sebelum pandemi. Sekarang pandemi, pengeluarannya justru lebih banyak, karena hampir semua konstituen kesulitan ekonomi.
“Menyikapi ini kami pun tidak bisa diam dan tidak sekedar memefasilitasi, namuan juga harus memahami kondisi mereka dengan memberikan bantuan,” ujarnya.
Dirinya pun yakin, sejumlah anggota DPRD lainnya juga menghadapi kondisi yang sama. Bahkan diakuinya jika dirinya dan sejumlah rekannya harus berutang demi konstituennya.
Belum lagi harus mengeluarkan dana talangan dalam memfasilitasi bantuan bangunan adat ke pemerintah. Namun dananya tidak kunjung cair, akhirnya iapun berinisiatif membiayai pembangunannya terlebih dahulu.
Namun diakuinya, dari 40 orang dewan, memang masih ada anggota dewan yang tenang dalam kondisi seperti ini. Hal itu dikarenakan ia datang dari kalangan berada.
Namun dipastikan sebagian besar Dewan Gianyar adalah orang biasa, orang yang terpilih karena dekat dengan masyarakat.
“Dalam situasi seperti ini, pengeluaran kami juga semakin besar. Gaji kami sebagian besar dislaurkan lagi ke masyarakat,” pungkasnya. (ina/kb)