GIANYAR, Kilasbali.com – Menghadapi ancaman krisis air yang berpotensi mempengaruhi kehidupan anak-anak di Bali, Save the Children, Yayasan IDEP, dan Child Campaigner Bali yang terdiri dari anak-anak dan orang muda, menggelar Festival Air: Meraya dan Bersuara. Festival ini berlangsung di Kulidan Kitchen & Space, Kec. Sukawati, Gianyar, Minggu (3/11).
Laporan global Save the Children ”Born into the Climate Crisis” pada September 2021 menjelaskan bahwa krisis iklim di Indonesia membawa dampak nyata dan dirasakan oleh anak-anak saat ini. Anak-anak di Indonesia yang lahir tahun 2020 akan menghadapi 3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, 2 kali lebih banyak mengalami kekeringan serta 3 kali lebih banyak gagal panen. Lebih buruk lagi, dampak krisis iklim ini membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang di Indonesia.
Festival Air yang diinisiasi oleh anak-anak dan orang muda Child Campaigner Save the Children Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan air bersih sebagai hak dasar anak yang harus dipenuhi. Sebagai rangkaian dari Kampanye Nasional Aksi Generasi Iklim Save the Children Indonesia, Festival ini menyajikan kegiatan edukatif dan menyenangkan.
“Festival ini kami buat sebagai ruang Meraya dan bersuara. Meraya artinya merayakan kampanye yang kami telah lakukan. Perayaan ini adalah upaya pengemasan kampanye dengan cara menyenangkan bahwa setiap orang bisa tetap melakukan hal-hal positif dan menyampaikan bahwa harapan itu masih ada. Bersuara artinya ruang untuk kita semua menyampaikan aspirasi, gagasan dan ide untuk krisis air di Bali. Kami ingin anak dan orang muda bisa bersama-sama mendapatkan inspirasi dan bergerak bersama untuk menangani krisis air di Bali,“ ujar Doni, 23 tahun– Ketua Child Campaigner Provinsi Bali, Save the Children Indonesia.
Festival yang mengusung tema “Air Bali dalam Lorong Waktu,” menggambarkan peran vital air sebagai penopang utama kehidupan masyarakat Bali sejak dahulu, bahkan di tengah tantangan modernisasi. Selama satu hari penuh, anak-anak beserta keluarga dapat mengikuti berbagai kegiatan yang dirancang khusus untuk membangun kesadaran dan mengedukasi tentang pentingnya akses air bersih.
Dengan keterlibatan penuh anak-anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner, festival ini menampilkan kegiatan utama seperti Mini Panel Diskusi bertajuk “Antara Mata Air & Air Mata: Mengarusutamakan Hak Anak dalam Krisis Air.” Diskusi ini melibatkan para ahli dan pemangku kepentingan yang bersama-sama dengan anak-anak mencari solusi untuk tantangan air di Bali, menyoroti pentingnya suara generasi muda dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Setiap anak berhak atas lingkungan yang sehat dan akses terhadap air bersih. Ancaman Krisis air di Bali berpotensi mempengaruhi pemenuhan hak kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak sebab air merupakan sumber kehidupan. Melalui Festival Air ini, kami ingin anak-anak Bali memahami bahwa suara dan keterlibatan mereka sangat penting untuk menciptakan perubahan positif. Kami mengajak semua pihak untuk bekerja sama demi memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus,” jelas Tata Sudrajat – Interim Chief of Advocacy, Campaign, Communication and Media – Save the Children Indonesia
Festival ini juga menghadirkan Mimbar Anak, sebuah panggung khusus bagi anak-anak untuk menyuarakan harapan, keresahan, dan solusi kreatif mereka mengenai akses air bersih. Selain itu, Pameran Foto, Surat dari Masa Depan, dan Zine menjadi wadah bagi karya anak-anak yang mengekspresikan hak-hak mereka atas air bersih dalam bentuk gambar dan tulisan. Festival ini juga memperkenalkan inovasi teknologi ramah lingkungan untuk konservasi air melalui Pameran Solusi Konservasi Air, menunjukkan bahwa setiap anak bisa memulai langkah kecil demi keberlanjutan air.
Acara ini juga akan menyediakan sesi berbagi dan bercerita oleh Child Campaigner tentang kegiatan selama satu bulan ke belakang melalui penayangan foto dan video sembari berefleksi tentang kondisi lingkungan di Bali, dari soal sungai di Denpasar hingga nasib subak di Bali.
Di sisi lain, sesi ini juga akan menjadi ruang untuk melihat bagaimana krisis air telah mempengaruhi kehidupan anak-anak dan masyarakat di Bali. Oleh karena itu, ajakan ini bukan hanya menjadi ajang edukasi, tetapi juga wadah kolaborasi lintas generasi untuk dapat terus belajar dan memahami pentingnya pembelajaran krisis air di Bali. Ini termasuk dalam membangun kesadaran untuk menerapkan langkah-langkah kecil untuk tidak memperparah krisis iklim.
Festival Air: Meraya dan Bersuara mengajak seluruh masyarakat untuk berkolaborasi dalam melindungi air sebagai sumber kehidupan yang vital. Mari bersama-sama mewujudkan masa depan yang berkelanjutan, di mana setiap anak di Bali dan Indonesia mendapatkan hak mereka atas air bersih dan lingkungan yang sehat. (jus/kb)