GIANYAR, Kilasbali.com – Beragam pelatihan ketrampilan sudah dilaksanakan untuk kemandirian perempuan, nyatanya jumlah perempuan yang berkategori rawan sosial ekonomi masih cukup banyak di bumi seni Gianyar. Ironisnya, keberadaan mereka sebagian besar lantaran status janda karena cerai mati maupun ceria hidup.
Dari data yang diterima, Rabu (16/11), data tahun 2021, menyebutkan, dari 500 ribu lebih penduduk Kabupaten Gianyar terdapat sekitar 11.640-an warga Gianyar yang mengalami persoalan kesejahteraan sosial.
Dan dari 11.643 warga yang mengalami persoalan kesejahteraan sosial, sebanyak 5.333 warga tergolong fakir miskin. Sebanyak 2.750 warga disabilitas, 577 Perempuan rawan sosial ekonomi, 167 anak terlantar.
Sekretaris Dinsos Gianyar, Nurwidyaswanto, membenarkan klasifikasi sosial ekonomi tersebut. Namun, lurusnya, sebagian sudah ditangani melalui Kementerian Sosial RI, Provinsi Bali dan dana kabupaten.
“Khusus untuk perempuan rawan sosial ekonomi ini, biasanya adalah perempuan single parent (janda), perempuan yang tidak menikah atau perempuan yang sudah ditinggal suami karena meninggal,” jelasnya.
Lanjutnya, ada banyak kriteria terhadap perempuan rawan sosial ekonomi ini, yang jelas mereka ini sendirian dan masih dalam lingkup keluarga. Sedangkan dari jumlah 577 perempuan rawan rawan sosial ekonomi ini, berada merata di seluruh kecamatan di Gianyar dan pada umumnya di pedesaan.
Guna membantu persoalan ini, Dissos Gianyar memohon bantuan berupa program ke Kementerian Sosial RI. “Sedangkan secara berkala, dari Dinas Sosial Provinsi sudah memberikan bantuan Sembako kepada perempuan yang mengalami persoalan sosial ekonomi ini,” jelasnya.
Sedangkan dari dana dari APBD untuk tahun 2022 dan 2023 tidak dianggarkan mengingat terbatasnya anggaran. Walau demikian, perempuan dengan persoalan kesejahteraan sosial ini dibantu dengan program lain seperti dari Dinas Pemberdayaan Perempuan.
Dikatakannya, perempuan ini sebelumnya sudah pernah mendapat bantuan mesin jahit, mesin giling tepung, bantuan ternak babi yang berkaitan dengan pemberdayaan.
“Pada suatu desa, biasanya mereka bergabung menjadi satu kelompok, seperti Kelompok Usaha Bersama dengan usaha membuat jajan untuk kebutuhan upacara, usaha ternak atau usaha lainnya sehingga mereka produktif,” jelasnya lagi.
Semenatara itu, dari data Tahun 2021 tersebut, jumlah perempuan yang mengalami rawan sosial ekonomi tidak bertambah signifikan. “Tidak bertambah signifikan, selain sudah ada yang meninggal juga yang baru tidak lebih dari sepuluhan,” pungkasnya. (ina/kb)