GIANYAR, Kilasbali.com – Idealnya satu Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) membawahi satu desa atau subak. Namun jumlah penyuluh pertanian di Gianyar sangat jauh bandingnya dengan jumlah subak. Bahkan seorang PPL bisa memegang pengawasan hingga melebihi 5 Subak.
Kondisi ini sangat ironi di tengah upaya pemerintah menggalakkan sektor pertanian. Apalagi dalam proses produksi pertanian di Gianyar selama ini sangat bergantung pada keahlian dan kesiapan tenaga penyuluh pertanian.
Dari data yang ada, sebanyak 41 tenaga penyuluh menggawangi 486 subak yang ada di Gianyar. Kondisi ini tentunya membuat tenaga penyuluh bekerja ekstra keras, agar program-program pertanian sampai ke petani dengan cepat.
Salah satu Koordinator Penyuluh Pertanian, Ni Made Sumpahyani, Rabu (26/10) mengakui kalau tenaga penyuluh masih sangat terbatas. Dikatakan, tenaga penyuluh dari Pemkab Gianyar terdapat 23 penyuluh dan 13 penyuluh dari tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian (THL TBPP) dari pemerintah pusat.
“Ya, kalau dirata-ratakan, setiap penyuluh mengawal 17 subak, namun kerja kami efektif,” jelas Sumpahyani.
Hanya saja, saat ada program baru dari pemerintah pusat, tenaga penyuluh kelabakan sampai kehabisan waktu untuk memberikan pendampingan. Dikatakan, saat ini 1 tenaga penyuluh membidangi empat desa di Gianyar. “Tergantung luas desa dan jumlah subak si satu desa, semua subak terisi penyuluh,” ujarnya.
Dimana saat adanya program padi organik dengan menggunakan pupuk organik, tenaga penyuluh mesti kerja ekstra metakinkan petani agar beralih ke organik.
“Meyakinkan petani butuh waktu dan harus ada hasil nyata, sehingga kami cari contoh pertanian organik yang sudah berhasil,” bebernya.
Di samping itu saat ini, sebagian tenaga penyuluh sudah cukup umur dan ada yang akan memasuki masa pensiun. Sehingga harapannya, tenaga penyuluh bisa ditambah dan diisi dengan tenaga yang muda.
“Namun kami terus bekerja, semua berjalan dengan baik. Kami efektifkan kerja dengan membuat grup WA berkoordinasi dengan petani,” ujarnya.
Sekalipun masih ada beberapa petani yang masih gaptek dan tidak memiliki perangkat Android. Sedangkan secara umum, keluhan petani seputar soal pemeliharaan padi, karena adanya serangan wereng, kutu atau ulat.
“Bila ditemui masalah, kami koordinasi dengan Dinas Pertanian, sehingga persoalan teratasi,” ujarnya. (ina/kb)