GIANYAR, Kilasbali.com – Nelayan di Pantai Lebih yang dikenal jago menghalau ombak pasang, kini tidak lagi bisa berbuat banyak. Kalaupun ada satu dua nelayan masih yang nekat melaut, mereka harus melalui Pantai Siyut atapun Pantai Saba.
Karena hanya di dua titik ini yang masih menyisakan hamparan pasir pasca dipasangi tanggul batu penangkal abrasi.
Ketua Kelompok Nelayan Pantai Lebih, I Made Ana mengungkapkan, dulu meksi musim ekstrim masih bisa melaut pada hari-hari tertentu.
Karena, kata dia, selama musim angin kencang, ada saja jeda pada hari-hari tertentu yang ombaknya sedikit tenang meski airnya tetap pasang.
Namun, kini setelah pantai di reklamasi dengan tanggul batu, tidak ada lagi ruang bagi nelayan untuk mencari haluan perahu saat akan melaut ataupun sebaliknya saat akan mendarat.
“Tidak ada lagi hamparan pasir untuk menyandar. Bila dalam kondisi ombak pasang dipaksakan melaut, perahu rawan tabrakan dan membahayakan keselamatan,” jelasnya, Minggu (24/7/2021).
Disebutkan, di Kabupaten Gianyar nelayan yang jumlah terbanyak dan paling aktif hanya di Pantai Lebih. Namun, nelayan Pantai Lebih ternyata tidak memiliki tempat tambatan perahu.
Sehingga 198 nelayan ini memilih menitipkan perahunya d pantai sebelah barat, Pantai Saba atau Pantai Lebih. Kondisi ini terjadi mulai saat garis pantai tersebut dipasangi tanggul pantai.
Lanjut I Made Ana, dengan adanya tanggul pantai, diakui sangat efektif menyelamatkan garis pantai dari gempuran gelombang, sehingga tidak terjadi abrasi.
Hanya saja, saat pembangunan tanggul pemerintah dan pihak nelayan belum terpikir tempat tambatan perahu, sehingga setelah pekerjaan tanggul pantai selesai, nelayan tidak bisa menambatkan perahu.
“Ada yang mencoba menambatkan perahu, justru perahunya rusak, karena berbenturan denga batu,” tuturnya.
Kesulitan seluruh nelayan ini, sebutnya sujatinya sudah disampaikan ke pihak Balai Sungai Bali Penida, namun saat ini belum ada tindak lanjut.
Di sisi lain, bila membuat tambatan perahu semacam gworint T, biayanya sangat besar. Hal ini karena dalamnya perairan pantai Lebih.
Dikatakannya, sebagai nelayan Lebih, bersama kelompoknya menitip perahu di kelompok lain.
Selama pandemi ini, sebutnya, nelayan yang aktif saat ini sekitar 135 nelayan. Dalam sebulannya mereka melaut sekitar 20 kali.
Hasil tangkapan pun diakui lumayan untuk dapur, bahkan beberapa hasil tangkapan di ekspor seperti ikan tenggiri dan kerapu.
Sedangkan ikan-ikan lain di jual di pasar tradisional dan diambil pengepul untuk kuliner ikan laut.
“Jika ada tanggul yang lebih landai tentunya aktivitas kami untuk melaut akn lebih gampang dan tidak terganting cuaca. Semoga usai pandemi ada tindak lanjut,” harapnya. (ina/kb)