TABANAN, Kilasbali.com – Pandemi Covid-19 memang tidak mengenal siapapun, bahkan pengerajin keris pun yang sekaligus pemelestari budaya juga terdampak. Penjualan benda pusaka berupa keris turun drastis hingga mencapai 50 persen. Hal itu dialami pengrajin keris di Tabanan, Pande Margi.
Pande besi asal Banjar Sangihan, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan menuturkan, pasang surut merupakan hal biasa dalam dunia bisnis. Namun saat pandemi Covid-19 ini, kata dia, penurunan penjualan yang terjadi sangat drastis, sehingga dirinya cukup kalang kabut.
Margi mengatakan, sejatinya diawal pandemi Covid-19, pesanan masih ada yang masuk terutama pesanan keris. Namun pesanan dan penjualan menurun drastis dalam dua bulan belakangan ini.
“Saat awal pandemi masih tetap ada orderan, tetapi dua bulan belakangan ini benar-benar turun drastis, baik itu pesanan atau penjualan,” ujarnya Selasa (1/9/2020).
Sebelum pandemi Covid-19, Pande Margi biasa menerima pesanan pembuatan keris dengan berbagai luk mulai dari 4 hingga 5 buah dalam satu bulan. Namun dua bulan belakangan ini, pesanan turun mencapai 50 persen.
“Biasanya yang nyari keris itu ada saja, apalagi kalau memang butuh pasti akan dicari, tetapi dua bulan belakangan ini justru menurun, untuk di bulan Agustus ini saja yang baru akan laku itu dua buah,” imbuhnya.
Kendapun demikian, setiap harinya ia tetap memproduksi seperti pisau, blakas, dan lainnya. Karena memang tidak ada kendala dalam hal bahan baku, meskipun pendapatannya terus menurun. Bahkan setiap minggu, biasanya ada saja tamu asing yang datang ke rumahnya untuk melihat langsung proses pembuatan keris. “Kalau produksi kita rutin agar tetap ada stok,” sambung Pande Margi.
Apalagi, kata dia semenjak pandemi Covid-19 dirinya sudah tak pernah mengikuti pameran-pameran yang biasanya ia ikuti. Sebab memang event-event yang digelar pemerintah tidak bisa dilaksanakan karena Covid-19.
“Biasanya rutin diundang kalau ada festival atau event-event pemerintahan, tidak di Tabanan saja. Biasanya bulan Agustus itu diundang ke Jembrana, tapi memang tidak ada undangan. Terakhir bareng pameran di Tanah Lot sebelum Covid-19,” bebernya.
Padahal mengikuti festival atau event tersebut tidak sebatas untuk berjualan saja, namun lebih untuk menunjukkan eksistensi Margi Keris yang sudah banyak dikenal. “Kalau ikut pameran itu laku ya syukur tidak laku ya tidak apa-apa, tapi kita bisa promosi dan lebih mengenalkan produk kita,” tandasnya. (dk/kb)