CeremonialJembranaNews UpdateSeni BudayaTokoh

Peringati Tumpek Wariga, Koster Tanam Pohon

    JEMBRANA, Kilasbali.com – Gubernur Bali Wayan Koster memperingati perayaan Rahina Tumpek Wariga di Pura Pegubugan, Manistutu, Melaya, Jembrana, Sabtu (14/5). Perayaan ini diawali dengan mengupacarai bibit pohon dan dilanjutkan dengan penanaman pohon di Kawasan Hutan Desa Manistutu yang dilakukan.

    “Saya berterima kasih ke Bapak Bupati Jembrana yang telah menyiapkan tempat yang sangat bagus ini (Desa Manistutu, red). Kawasan yang sangat sejuk, ada hutan dan danau-nya, ini betul – betul Wana Kerthi,” kata Koster.

    Baca Juga:  Rusak Moral dan Budaya Bali, Pemprov Bali Larang Pementasan Joged Bumbung Jaruh

    Menurutnya, rahina ini untuk memuliakan segala tumbuh-tumbuhan yang dalam kepercayaan orang Bali, tumbuh-tumbuhan dianggap saudara tertua. Karena mereka lebih dulu menghuni Bumi ini dibandingkan dengan binatang dan manusia.

    “Betapa luar biasanya Hyang Pencipta ini, apa yang menjadi kebutuhan kehidupan, itu disediakan terlebih dahulu seperti tumbuh – tumbuhan,” ujar Koster.

    Dia menyatakan, manusia sangat membutuhkan tumbuh – tumbuhan sebagai sumber penghidupan, begitu juga binatang.

    “Kalau tidak ada tumbuh – tumbuhan, tidak ada udara, kalau tidak ada udara, kita tidak bisa bernafas. Jadi memang betul, bagaimana Leluhur kita di Bali memuliakan tumbuh – tumbuhan dengan melaksanakan Tumpek Wariga,” katanya.

    Dia mengungkapkan perayaan ini merupakan implementasi atau pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi Dalam Bali Era Baru.

    Baca Juga:  Koster-Giri Lebih Memilih Menyapa Masyarakat dan Tawarkan Program

    Koster juga menuturkan bahawa Tumpek Wariga dahulu hanya dilaksanakan secara perorangan. Tidak pernah dilaksanakan secara kolektif dan bersama – sama pemerintah hingga masyarakat, sehingga semakin berkurang perayaannya.

    Dia melanjutkan, berkurangnya perayaan Tumpek Wariga akibat perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin dahsyat dan era yang modern, maka unsur kehidupan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal itu semakin tertinggal, karena sumber pengetahuannya berbeda.

    “Itulah sebabnya, agar perayaan Tumpek ini tidak tinggal nama, maka saya mengeluarkan kebijakan berupa Surat Edaran Gubernur Bali untuk merayakan semua Tumpek ini secara bersama – sama,” jelas Wayan Koster. (m/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi