Tiga Orang Meninggal Gegara DBD

GIANYAR, Kilabali.com – Menjadi phobia setiap tahun, namun Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) seakan tidak bisa dibendung. Bahkan di Kabupaten Gianyar tercatat sebanyak 1.640 kasus sejak Januari hingga pertengahan Juli 2025. Dari jumlah tersebut, tiga kasus berakhir dengan kematian.
Data dari Dinas Kesehatan Gianyar menyebutkan, kasus DBD terpantau cukup fluktuatif sejak awal tahun. Pada Januari tercatat 189 kasus, Februari naik menjadi 296 kasus, dan Maret kembali meningkat menjadi 304 kasus. Angka tertinggi terjadi pada April dengan 331 kasus. Setelahnya menurun, pada Mei tercatat 278 kasus, Juni 172 kasus, dan pertengahan Juli sebanyak 70 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Dra Ni Nyoman Ariyuni, Selasa (22/7) mengungkapkan DBD disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala umum meliputi demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, mual, muntah, hingga ruam kemerahan pada kulit.
Pasien juga bisa memasuki fase kritis 1-2 hari setelah demam turun, yang justru menjadi masa paling berbahaya karena adanya risiko kebocoran plasma, penurunan trombosit, dan perdarahan hebat.
“Masyarakat yang mengalami gejala DBD diimbau segera mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk penanganan dini,” ujar Ariyuni.
Pemkab Gianyar juga telah menerbitkan Surat Edaran Sekretaris Daerah (Sekda) tertanggal 17 Januari 2025 tentang Gerakan Pencegahan dan Antisipasi Lonjakan Kasus DBD.
Melalui surat edaran ini, Perbekel dan Lurah se-Kabupaten Gianyar diminta meningkatkan pemberdayaan masyarakat di masing-masing banjar atau lingkungan untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pola 3M Plus.
Langkah 3M Plus meliputi menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi tempat perindukan nyamuk. Upaya ini dilengkapi dengan memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa, dan menaburkan bubuk larvasida.
Selain itu, Dinas Kesehatan Gianyar juga terus melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian seperti penyelidikan epidemiologi, pengadaan larvasida, fogging fokus, promosi kesehatan, serta edukasi masyarakat untuk PSN berkelanjutan. “Masyarakat yang wilayahnya terdapat kasus DBD juga diminta untuk melakukan pengawasan intensif dan koordinasi aktif dengan Puskesmas,” tambah Ariyuni. (ina/kb)