DENPASAR, Kilasbali.com – Regenerasi Bernyali mencapai puncaknya dalam acara showcase spektakuler, Minggu (13/8).
Sejak dimulai pada bulan Februari lalu, program ini telah membawa perubahan besar bagi para musisi muda di Bali.
Meskipun memiliki keterbatasan anggaran, semangat untuk berkarya tidak pernah padam. “Meski budget kecil, tetapi gass terus,” ujar Dadang SH Pranoto.
Seiring dengan perjalanan ini, para musisi telah menunjukkan produktivitas yang luar biasa.
Saylow, yang aktif dalam project management dan tur, menciptakan alternatif baru yang memicu regenerasi dalam musik Bali.
“Kendalanya selalu diproduksi, biaya produksi, equipment, dll. Sebelumnya musisi secara refrensi sudah mengakses internet. Tetapi dalam perjalanan musik, biasanya stagnan, ada hal-hal yang tidak biasa terpecahkan. Program Regenerasi Bernyali hadir untuk mengatasi masalah tersebut,” ungkap Saylow.
Dalam komentarnya, Saylow mendorong para musisi untuk memproduksi album dalam waktu enam bulan, yang menantang dan memacu semangat kreatifitas mereka.
Kristian Dharma menambahkan, timeline yang 6 bulan sangat tight jadwalnya. Karena dari satu produksi sangat singkat. Regenerasi bernyali, nyalinya harus diasah. Bahkan lagu seperti apa, ceritanya seperti apa dll. “Untuk waktu, tidak bisa kompromi, karena mengejar waktu,” bebernya.
Album Cosmotopia dari Matilda merupakan manifestasi dari cita-cita yang luas. Ewa Matilda menjelaskan, maksud dari album ini adalah ingin memberikan musik yang sangat luas, dan sempurna agar dalam semua pendengar lebih senang mendengar. “Bisa dipertemukan dengan banyak kreator-kreator lainnya,” tantasnya.
Dalam konteks Regenerasi Bernyali, Astera adalah band terbaru yang bergabung dan telah menemukan dukungan dalam pengembangan bakat-bakat muda di Bali.
“Selama proses yang sangat berpengaruh, setiap band di sini semakin dipush dan semakin berkomitmen. Membagi waktu kita dll. Sehingga untuk Astera, kami berhasil membuat 20 lagu dalam 1 bulan.” Album mereka, Better Days, memberikan topik yang fleksibel dan memberi ruang bagi eksplorasi tanpa batas, mengatasi rasa takut akan ekspektasi yang belum teruji,” tuturnya
Bam dari Soulfood menyatakan bahwa nama lagu mereka “Amesigenalew” diambil dari bahasa Amarik yang artinya ucapan terima kasih. Lagu ini didedikasikan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung perjalanan Soulfood.
Dengan semangat dan tekad kuat, Soulfood berhasil maju berkat bantuan banyak orang.
“Kita cuma punya nyali, tetapi uang gak punya. Stepnya jelas selalu dipaksa untuk selalu siap dan presisi. Karena mental musisi biasanya pemalas, jadi Regenerasi Bernyali sangat bermanfaat untuk teman-teman Soulfood untuk berkembang kembali tentang pengetahuan dan keterampilan,” tandasnya.
Sejak tahun 2017, Dadang SH Pranoto si Pohon Tua dan Mas Goen telah menyisihkan tabungan untuk mendukung band-band di bawah Pohon Tua Creatorium (PTC).
Pendekatan sederhana ini membantu para musisi berkembang dan belajar mengelola band mereka sendiri, serta menghargai disiplin dan waktu.
Dalam mengembangkan para musisi ini, Dadang berharap dapat mengisi celah yang ada selama 20 tahun dalam menghasilkan musisi berbakat di Bali. (prnt/kb)