SINGARAJA, Kilasbali.com – Di sela kegiatan Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Selasa (18/10), Perbekel Wanagiri Made Suparanton, mengungkapkan terdapat sembilan balita di wilayahnya yang terindikasi stunting.
“Ini berdasarkan data yang kami terima dari kader-kader dan tim kesehatan desa per 17 Oktober 2022,” kata Suparanton.
Lanjut Suparanton, balita yang terindikasi stunting itu menyebar di tiga dusun yang ada di wilayah Wanagiri. Indikator yang digunakan yakni panjang dan berat bayi.
“Mereka lebih pendek dan lebih ringan dari biasanya. Semoga ini baru indikasi ya,” jelasnya.
Sebagai kepala desa, Suparanton mengaku telah melakukan berbagai upaya, seperti memberikan susu, vitamin dan tambahan makanan pada bayi dan ibu hamil. Posyandu juga digencarkan.
“Percepatan penurunan stunting memang menjadi program prioritas kami di desa, sesuai amanah Perpres 72/2021. Untuk anggarannya, kami gunakan dana desa,” katanya.
Dia berharap warganya mendapatkan edukasi dari kegiatan hasil kolaborasi Komisi IX DPR RI dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tersebut.
Pj Bupati Buleleng diwakili Kepala Dinas Kesehatan dr. Sucipto mengajak seluruh elemen masyarakat, tokoh, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mitra pembangunan untuk bekerja keras, berkolaborasi, gotong royong mencapai tujuan pemerintah mengingat sisa waktu tinggal dua tahun lagi.
“Masa depan kita tergantung pada aksi dan lagkah kolaboratif di masa kini. Anak-anak bangsa adalah aset. Sekarang kita merawat mereka, nanti mereka yang merawat kita, merawat negara ini yang kita cintai,” Sucipto.
Seperti diketahui, penurunan stunting di Bali utara itu cukup baik, dari tahun 2019 di angka 22 persen kemudian ditahun 2021 diangka 8,9 persen.
Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana, berharap masyarakat khususnya calon orangtua memahami betul tips-tips mencegah lahirnya bayi stunting.
Kariyasa yang putra Buleleng ini menegaskan, Tuhan menganugerahkan sumber pangan yang melimpah bagi Indonesia dan Bali khususnya.
Sehingga, menurutnya, tidak ada alasan untuk tidak bisa menurunkan stunting. Apalagi Wanagiri yang dikenal dengan tanahnya yang subur, bisa ditanami berbagai tanaman bahan pangan.
“Ini sebenarnya lebih ke soal pola asuh. Kalau makanan kita nggak kurang. Pengen sayur sudah ada. Pengen ayam tinggal ambil, telor ikan semua ada,” katanya.
Bali, kata dia, tidak boleh lengah meski prevalensi jauh di bawah nasional yakni 10,9 persen. Justru angka ini wajib ditekan lagi hingga dua persen atau kalau bisa zero.
“Kenapa bila perlu harus zero? Karena Bali sangat tergantung dari sektor pariwisata. Kalau banyak penduduk yang stunting, bisa-bisa wisatawan mancanegara takut datang. Karena itu isu kesehatan,” Kariyasa mengingatkan.
Kampanye diawali dengan paparan materi dari Kepala Perwakilan BKKBN Bali dr. Luh Gede Sukardiasih., M.For., MARS tentang edukasi membentuk keluarga berkualitas. Ia menargetkan prevalensi stunting di Bali 6,15 persen di tahun 2024 yang saat ini masih 10,9 persen berdasarkan Survei Status Gisi Indonesia. (eka/kb)