JEMBRANA, Kilasbali.com – Ratusan tukik jenis lekang tampak merangkak berjuang menuju laut lepas. Syukurnya, perjuangan itu terbantu dengan sapuan ombak. Anakan penyu ini lebih cepat berada di air, dan bisa segera berenang menuju laut lepas.
Fenomena itu terabadikan dengan jelas di Pantai Perancak, tepatnya di Kurma Asih Sea Turtle Conservation and Education Centre di Banjar Mekarsari, Perancak, Jembrana, Kamis (4/8).
Rupanya, di Bumi Makepung Jembrana ini, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menggelontorkan CSR Konservasi Laut. Kegiatan itu berkolaborasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI.
Pelepasan tukik ini tampak dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono bersama Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, Director and Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Muhammad Buldansyah, Chief Technology Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Desmond Cheung, serta undangan lainnya.
“Ini adalah bagian dari program ekonomi biru yang sangat baik sekali. Di mana implementasinya ada peran aktif semua pihak mulai dari pelaku usaha, pemerintah hingga kelompok masyarakat dalam menjaga kesehatan laut. Saya harap program ini dapat menginspirasi pihak lain untuk bersama-sama menjaga ekosistem kelautan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” kata Trenggono kala itu.
Dia menambahkan, salah satu kegiatan dalam program konservasi laut yang diluncurkan sejalan dengan Program Bulan Cinta Laut (BCL) yang digagas pihaknya. BCL merupakan program ekonomi biru KKP untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di laut, dengan melibatkan multipihak.
“Pengelolaan sampah plastik di daerah pesisir yang ada di program konservasi laut ini, sejalan dengan program BCL-nya KKP. Semakin banyak yang terlibat, tentu persoalan sampah semakin cepat kita tuntaskan. Dan Agustus nanti, kami akan menggelar pre-event BCL di Mandeh, Sumatera Barat dan kick-offnya Oktober nanti di Bali,” pungkasnya.
Peran Aktif IOH Ciptakan Konservasi Laut
President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, mengatakan sejak IOH resmi memulai perjalanannya pada 4 Januari 2022, memiliki misi untuk memberikan pengalaman digital kelas dunia, menghubungkan, dan memberdayakan setiap orang Indonesia.
Melalui program CSR Konservasi Laut di Jembrana, pihaknya berkomitmen untuk berperan aktif dalam menciptakan kawasan konservasi laut yang lebih sehat dengan dukungan penuh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI serta berbagai komunitas.
“Hal ini sejalan dengan UN Sustainable Development Goals (UN-SDGs) nomor 14: Ekosistem Lautan, melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Dia menambahkan, IOH juga telah menluncurkan program Sampah Jadi Pulsa yang mendukung rantai daur ulang botol plastik bekas, dan memberdayakan UMKM lokal dan nelayan di Kuta, Mandalika. “Kami berharap semua inisiatif yang mendukung pelestarian lingkungan ini akan memberikan dampak berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia,” pungkas Vikram.
Ungkapan Terima Kasih Sang Bupati ‘Sandal Jepit’
Sementara itu, Bupati Jembrana, I Nengah Tamba menyambut baik dan mengapresiasi kepedulian Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), yang menggelontorkan CSR kepada Kurma Asih ini.
“Saya berterima kasih dengan adanya kepedulian (CSR IOH, red). Kalau mengandalkan pemerintah saja, duitnya nggak cukup,” ujar Tamba yang dikenal sebagai bupati yang gemar memakai sandal jepit ini.
Tamba tak penampik, situasi dan kondisi alam di Pantai Perancak ini, diibaratkan dua mata pedang. Di satu sisi, habitat penyu berkurang, sedangkan garis pantai rawan abrasi, sehingga harus dibangun tanggul.
“Ini bertolak belakang. Tapi, dari semua itu maka yang ada saat ini kita pertahankan. Kawasan ini akan kita pertahankan terus menjadi salah satu destinasi wisata dunia,” ujarnya.
Mewujudkan Kelestarian Lingkungan
Senior Vice President Corporate Communications at Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang menyampaikan, IOH hadir menggelontorkan CSR Konservasi Kelautan di Bumi Makepung Jembrana ini untuk mewujudkan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
“Kami memilih di Perancak Jembrana ini, karena tempatnya yang strategis, ekosistem kelautan yang lengkap. Ada terumbu karang, garis pantai yang panjang, terdapat konservasi penyu, hingga hutan bakau,” bebernya.
Pihaknya berharap, konservasi di Pantai Perancak ini menjadi barometer bagi daerah-daerah lain yang memiliki potensi yang sama. “Lokasi ini kami harap menjadi barometer untuk kegiatan konservasi,” harapnya.
Fokus Rehabilitasi Laut
Untuk diketahui, program ini memiliki empat tujuan utama yang fokus pada rehabilitasi habitat laut, pengelolaan sampah plastik di daerah pesisir, penguatan komunitas konservasi penyu, dan penguatan masyarakat di lingkungan sekitar.
IOH menggelontorkan CSR di Kawasan Jembrana karena memiliki potensi menjadi kawasan konservasi seluas 3.500 hektar yang memiliki target nilai konservasi tinggi untuk biota laut yang terancam punah (penyu dan hiu), habitat penting lautan (bakau, lamun dan terumbu karang), potensi perikanan (lemuru dan ikan karang), tempat budidaya ikan dan udang serta ekowisata bahari. Selain itu, Jembrana merupakan 1 dari 14 prioritas pantai lokasi peneluran penyu di Indonesia. (jus/kb)