DENPASAR, Kilasbali.com – Dalam dunia pendidikan yang merupakan salah satu sistem sosial, pada akhirnya juga mengalami dampak arus globalisasi. Hal tersebut tentunya berimplikasi kepada terjadinya jarak antara pendidikan di negara maju dengan pendidikan di negara berkembang.
Kondisi itu tidak dapat dibiarkan karena akan menimbulkan ketimpangan yang terlalu besar sehingga dapat memunculkan kesenjangan Pendidikan di dunia. Dalam perhelatan sidang IPU ke – 144 di Bali, isu tersebut muncul ke permukaan.
Menyikapi kesenjangan yang terjadi antara negara maju dengan negara berkembang, Indonesia secara tegas menyuarakan pentingnya keseimbangan dibidang pendidikan antara negar maju dengan negara berkembang.
Dalam dua tahun ini Indonesia selalu menyuarakan terkait sektor pendidikan harus menjadi fokus yang penting agar tidak terjadi jarak yang terlalu jauh antara pendidikan di dunia. Hal tersebut sempat terhambat akibat pandemi Covid – 19 yang cukup Panjang.
Meski demikian, Indonesia tetap terus memperjuangkan hak negara berkembang yang ingin merasakan pendidikan layak di masa pandemi. Jika negara maju terus mengupayakan pendidikan berbasis daring, namun kesempatan Pendidikan bagi negara berkembang masih sangat terbatas.
Tentunya hal tersebut harus menjadi perhatian bersama – sama seluruh peserta IPU ke – 144. Pentingnya solusi dalam penyeimbangan antara keinginan dari negara – negara maju yang pendidikannya tetap berjalan seperti biasa melalui daring zoom, dengan negara-negara yang masih berkembang yang masih sangat lemah jaringan internetnya.
Seperti diketahui, pembahasan mengenai isu ketimpangan pendidikan tersebut cukup menjadi perdebatan dalam sidang IPU di Bali. Sempat ada perbedaan pendapat mengenai upaya menyediakan guru dan harus bisa menjangkau tempat-tempat yang terpencil sekalipun. Selain itu juga ada pula usulan yang muncul terkait pengaturan kapasitas siswa dalam satu ruang kelas.
Hal tersebut harus menjadi suatu tantangan negara kepulauan seperti Indonesia dan juga negara – negara kepulauan peserta IPU ke – 144 lainnya. Hal itu menjadi dinilai wajar memang karena ada perbedaan letak geografis jika dibandingkan dengan Eropa atau Amerika yang masih terletak dalam satu Kawasan dengan negara – negara kepulauan seperti Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat besar dengan sekitar 17.000 pulau yang tersebar di Nusantara.
Negara maju seperti diketahui sudah terlebih dahulu membangun sarana-prasana seperti infrastruktur fiber optic, internet dan sebagainya. Namun negara berkembang yang yang belum secara menyeluruh membangun infrastruktur tersebut karena terkendala geografis dan biaya yang sangat terbatas.
Memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk mengejar ketertinggalan pendidikan dari negara maju seperti Jepang, Amerika, Inggris, Jerman, Perancis dan negara maju lainnya. Diketahui bahwa pendidikan negara maju didukung dari beberapa bidang dan juga sistem pendidikannya yang sudah komprehensif dan berjalan dengan baik.
Selain itu juga, pendidikan di negara maju sudah menjadi budaya mereka sehingga masyarakatnya sudah memahami kebutuhan Pendidikan bagi kehidupan dan kemajuan mereka.
Disisi lain berbeda dengan negara berkembang, pendidikan belum secara menyeluruh menjadi suatu kebutuhan masyarakat. Mereka masih berpikiran jangka pendek bukan jangka panjang. Oleh sebab itu, selain teknologi yang canggih dalam menunjang pendidikan dinegara berkembang, namun juga perlu adanya peningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan. Dengan begitu maka negara berkembang secara bertahap dapat mengejar ketertinggalannya dari negera – negara maju yang sudah mapan dari berbagai sisi.
Hal itu tentunya suatu Keniscayaan.
Sikap Indonesia dalam menyuarakan tentang keseimbangan Pendidikan antara negara maju dengan negara berkembang patut diapresiasi karena meski ada perbedaan pendapat tentang hal itu.
Namun Indonesia dapat berhasil memperjuangkannya sehingga negara – negara maju peserta IPU ke – 144 dapat memahami dan mengerti maksud dari perjuangan Indonesia agar ada keseimbangan Pendidikan di dunia.
Dengan selesainya IPU ke – 144 di Nusa Dua Bali, diharapkan seluruh delegasi IPU yang hadir dapat membawa pesan ataupun hasil IPU Bali ke negaranya masing – masing untuk dapat di implementasikan sehingga ada aksi nyata atas kesepakatan yang ada dalam IPU ke – 144.
Pandu Wibowo (Penulis) adalah Dewan Pengarah Jaringan Nasional Jurnalis Anti Hoax.