SINGARAJA, Kilasbali.com — Sejumlah pedagang los kios di Pasar Buleleng meminta agar pedagang pasar tumpah di areal trotoar segera ditertibkan. Pasalnya, kondisi itu mengakibatkan anjloknya penjualan para pedagang los kios Pasar Buleleng.
Putu Sri Arini selaku perwakilan pedagang los kios Pasar Buleleng menyampaikan (mesadu) hal tersebut saat audensi dengan Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna SH pada Rabu (16/3) pagi.
Arini menilai, kehadiran pedagang pasar tumpah di areal trotoar membuat penjualan para pedagang los kios makin sepi. Terlebih, tarif pungutan pedagang los kios tidak sesuai dengan pedagang pasar tumpah yang berjualan di trotoar.
“Kami (pedagang los kios) jualan atau tidak jualan tetap dikenakan karcis bulanan, meski kami tidak jualan karena sakit. Sementara, pedagang di trotoar itu ringan, karena hanya bayar jika mereka berjualan, jika tidak jualan, mereka tidak bayar karcis. Ketika musim pandemi (sepi) seperti ini, kami kan berat. Jadi, kami minta keringanan atau solusi penertiban,” kata Arini.
Pedagang sayur yang tinggal di Desa Panji ini menyebut, pungutan karcis pedagang di los kios Pasar Buleleng per bulan bervariasi tergantung besar kecil dari petakan los kios.
Namun, tidak sedikit pedagang los kios yang juga memilih membeli lapak baru di trotoar lantaran pembeli enggan masuk berbelanja ke los kios Pasar Buleleng.
“Jika saya sendiri los kios kecil, per bulan bayar ke PD Pasar itu Rp 20 ribu, dan per tahun bayar Rp 65 ribu. Ya, bayarnya tergantung besar kecil los kios. Penjualan kami merosot, biasanya Rp 200 ribu per hari, turun Rp 70 ribu,” terangnya.
Menanggapi keluhan pedagang los kios itu, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna berjanji akan segera berkordinasi dengan PD Pasar Buleleng untuk mencarikan solusi terbaik kepada para pedagang di Pasar Buleleng.
“Solusinya, meminta keringanan tarif karcis dan penataan kembali para pedagang di Pasar Buleleng. Ya, kami optimis dan percaya PD Pasar akan memberikan jalan terbaik untuk kelangsungan hidup para pedagang,” singkatnya. (ard/kb)