Gegara Ini Profit PDAM Gianyar Turun Rp I M

GIANYAR, Kilasbali.com – Pandemi Covid -19 telah berlangsung selama 1,5 tahun. Akibatnya Perusda Tirta Sanjiwani (PDAM) Gianyar semakin ditinggal pelanggannya. Pelanggan yang hengkang sebagian besar lantaran tak mampu bayar tagihan. Ada yang alih sambungan ke Pamsimas serta pemanfaat air di sumbernya. Kondisi pun langsung membuat profit PDAM turun drastis hingga mencapai Rp 1 miliar per bulannya.
Dari data yang diterima, penurunan pendapatan perusahaan air minum milik Pemkab Gianyar ini dipicu oleh beberapa faktor. Mulai dan pengunduran diri pelanggan, meningkatnya tunggakan, hingga bedolnya pelanggan di golongan niaga ataupun industri ke golongan rumah tangga.
“Dari 1,5 tahun terakhir ini, banyak pelanggan berhenti dengan alasan tidak bisa bayar, pindah sambungan atau memanfaatkan air sumur, sungai dan lainnya,” ungkap Dirut Perusda Tirta Sanjiwanumi, Made Sastra Kencana, Kamis (24/6/2021).
Terkait pengalihan golongan pelanggan ini, kata dia, dinilai sangat signifikan mempengaruhi pengurangan pendapatan. Karena sebelumnya dari perhitungan progresif kini berubah ke perhitungan nilai pokok, sebagàimana hitungan pelanggan rumah tangga.
Pengalihan golongan pelanggan ini, sebutnya, mencolok terjadi di daerah Ubud. Dari angka pendapatan rata-rata Rp 1,5 miliar kini hanya Rp 1 miliar. “Untuk wilayah Ubud saja, pengurangan pendapatan kita mencapai Rp 400 hingga 500 miliar ,” paparnya.
Namun demikian, di tengah kondisi ini, pihaknya tidak serta merta harus pasrah. Pihaknya tetap berkomitmen memenuhi pelayanan. Hanya saja, pihaknya berharap kondisi ini tidak terjadi hingga Desember 2021. Sebab jika kondisi ini terjadi sampai Desember, pihaknya takut tidak bisa memberikan kontribusi ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Gianyar.
Lanjutnya, hingga bulan Juni tahun ini, pihaknya baru menorehkan laba kotor Rp 1,19 miliar. Pihaknya yakin, masih bisa bergerak hingga akhir tahun. Dan pihaknya tetap optimis. Tapi tetap saja, berkontribusi ke PAD.
Ini memang ironi, karena sebelum pandemi pihaknya memperoleh laba Rp 7 miliar dan berkontribusi ke PAD sebesar Rp 4,2 miliar. “Namun Tahun 2020, langsung turun drastis Rp 1,5 miliar, sehingga kita hanya bisa nyetor sekitar Rp 825 juta,” ujarnya.
Sastra mengatakan, upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan keuangan mmulai dari efisiensi. Namun untuk efisiensi ini, pihaknya masih bisa mempertahankan para pegawai, tidak melakukan pemotongan gaji pegawai dan hak-hak pegawai semuanya masih bisa dipenuhi.
“Tunggakan di masyarakat juga sangat besar, awalnya Rp 2,8 miliar. Syukurnya, setelah dilakukan pendekatan persuasif, sekarang tinggal Rp 2,5 miliar,” pungkasnya. (ina/kb)