GIANYAR, Kilasbali.com – Melonjaknya harga sayur mayur dan bumbu dapur semakin menambah kelabunya awal Tahun 2021.
Kondisi ini tidak saja membuat membengkaknya anggaran dapur rumah tangga, namun juga berimbas kepada pengusaha kuliner.
Kondisi disebabkan karena turunnya pasokan dari luar pulau serta gagal panen petani lokal lantaran cuaca ekstrim.
Kadisperindag Gianyar, Ni Luh Gede Eka Suary membenarkan kenaikan harga-harga cukup drastis. Disebutkannya, salah satu penyebab naiknya harga-harga bumbu adalah pasokan barang dari Jawa maupun Lombok menurun sampai 40%.
“Ini kan berawal dari pasokan dari luar Bali menurun sampai 40%,selian itu juga pasokan dari petani lokal menutun lantaran gagal panen,” bebernya, Rabu (6/1/2021).
Diakuinya, disitribusi pasokan luar pulau baik dari Jawa dan Lombok yang diwajibkan memperlihatkan rapid test ketika akan menyeberang, dinilai sangat mempengaruhi.
Karena, ada tambahan biaya, distributor ini pun ikut menaikan biaya pengiriman. Mengingat untuk rapid test, masing-masing orang kini dikenai biaya sekitar Rp150 ribu.
“Rapid Test wajib, ini juga memengatuhi pemasok barang untuk masuk ke Bali,” ujarnya lagi.
Dari data Disperindag per Selasa lalu, harga daging sapi naik dari Rp80 ribu menjadi Rp105 ribu per kilo. Daging babi naik dari Rp 55 ribu ke Rp 90 ribu, daging ayam naik dari Rp 25 ribu ke Rp 42 ribu.
Untuk Cabai dari Rp 12 ribu naik ke Rp 80 ribu. Bawang merah naik dari Rp 25 ribu ke Rp 35 ribu. Untuk sayur mayur, rata-rata mengalami kenaikan Rp 4 ribu sampai Rp 6 ribu.
Kadisperindag juga menyebutkan, kondisi ini akan masih berlangsung sampai penghujan Januari masih berlangsung.
Salah satu pedagang nasi jenggo, Dimas mengakui kenaikan harga bumbu menyebabkan kelimpungan.
Disebutnya bumbu utama masakannya cabai dan bawang. Sedangkan daging yang dipakai daging ayam yang juga mengalami kenaikan harga.
“Untuk jualannya satu bungkus nasi jenggo saya naikkan dari Rp 3 ribu sampai menjadi Rp 5 ribu per bungkus,” terangnya singkat. (ina/kb)