DenpasarNasionalSeni Budaya

“Mala Renjana” Persembahan Yogyakarta

    DENPASAR, Kilasbali.com – “Laki-laki ya mestinya sama perempuan,” tutur Ratih Dwi Anjani tegas, saat ditemui Minggu (16/6/2019) di Taman Budaya, Denpasar. Menurut Ratih, ketika kodrat dibutakan oleh rasa, maka cinta itu adalah malapetaka.

    Keprihatinan Ratih Dwi Anjani dan Yuda Wicaksono terhadap fenomena penyuka sesama jenis menjadi landasan keduanya dalam menciptakan sebuah garapan tari bertajuk Mala Renjana.

    Mereka dan penari lainnya yang merupakan mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Jurusan Pendidikan Seni Tari ini mengaku berlatih selama 2 minggu untuk mengisi acara PKB ke-41.

    “Latihannya sebentar, kira-kira 2 minggu tetapi untuk konsep tarian Mala Renjana sendiri menghabiskan waktu 2 bulan,” jelas Ratih.

    Baca Juga:  Ini Dia Calon Paskibraka Nasional Perwakilan Bali

    Mala Renjana sendiri merupakan garapan pamungkas UNY yang ditampilkan pada Areal Depan Gedung Kriya, Taman Budaya Denpasar yang dimulai pukul 17.00 wita.

    Yuda Wicaksono yang turut menjadi konseptor garapan Mala Renjana mengaku karya ini tercipta setelah adanya kolaborasi antara mahasiswa pendidikan bahasa dengan pendidikan seni.

    “Mala Renjana sendiri merupakan sebuah puisi tentang cinta terlarang penyuka sesama jenis, lalu kami sebagai mahasiswa pendidikan tari menerjemahkannya menjadi koreografi ini,” ungkap Yuda.

    Baca Juga:  Indonesia Maju Expo, Begini Harapan Wakil Ketua Dekranasda Kota Denpasar

    Tak hanya tari kreasi yang berasal dari sebuah puisi, UNY yang memboyong sembilan penari ke Bali ini pun mebawakan tarian khas Yogyakarta. Tari Beksan Menak Rengganis Widyaninggar hadir sebagai tari pertama yang mengisahkan peperangan antara Dewi Rengganis dan Dewi Widyaninggar, tarian ini adalah karya dari Sri Sultan Hamengkubowono IX.

    Garapan kedua yakni Tari Mala Renjana sebagai garapan pamungkas yang amat atraktif. Sebagai garapan terakhir, UNY mempersembahkan sebuah tarian pergaulan bertajuk Tari Cipat Cipit yang pembawaannya seperti Tari Joged Bumbung di Bali.

    Keseruan penonton pun memuncak manakala para penari Cipat Cipit satu persatu menghampiri penonton untuk diajak menari bersama. Sontak ada yang menerima pasrah dan ada yang segera pindah ke belakang.

    Baca Juga:  Festival Tanah Lot Rencananya Digelar Agustus 2024

    Menurut Nyoman Sriati selaku Dosen yang mendampingi mahasiswa UNY, anak didiknya telah berlatih dan berkreativitas secara mandiri. Dirinya pun mengharapkan agar penampilan mahasiswa UNY khususnya Jurusan Pendidikan Tari mampu dikenal dan menginspirasi masyarakat luas. (jus/kb)

    Back to top button