DENPASAR, Kilasbali.com – Perkembangan pembangunan di Bali khususnya pariwisata, membawa dampak yang sangat penting terhadap kelangsungan dan kelestarian lingkungan hidup di Provinsi Bali. Masalah-masalah lingkungan khususnya isu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah, limbah cair, pencemaran sungai, danau, laut, serta pencemaran udara mengakibatkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat menerima kunjungan Sekretaris Negara dan Utusan Khusus untuk Aksi Iklim Internasional Republik Federal Jerman, membahas kerjasama bilateral tentang perlindungan iklim nasional, global, dan transisi energi di Intercontinental Hotel-Sanur, Kamis, 7 Juli 2022.
Cok Ace mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Bali memiliki visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru yang dilaksanakan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi, perlu keterlibatan langsung dan peran aktif pemerintah, swasta, dan juga masyarakat. “Ini diharapkan menjadi momentum kita sebagai bentuk kepedulian kita terhadap pelestarian lingkungan,” ungkapnya.
Disebutkan, Sad Kertih merupakan nilai-nilai kearifan lokal Bali dalam mengatur tata cara kehidupan yang mengait dan menyatu dengan alam secara sakala-niskala. Sad Kertih adalah enam sumber kesejahteraan/kebahagiaan kehidupan manusia/ Krama Bali yang terdiri dari: Atma Kertih (penyucian jiwa), Segara Kertih (penyucian laut), Danu Kertih (penyucian sumber air), Wana Kertih (penyucian tumbuh-tumbuhan), Jana Kertih (penyucian manusia), dan Jagat Kertih (penyucian alam semesta beserta isinya).
Lebih lanjut, Wagub Cok Ace menyampaikan bahwa perubahan Iklim merupakan isu penting yang harus disadari oleh masyarakat di seluruh dunia. Penyebab utama perubahan iklim berasal dari aktivitas manusia terutama hasil pembakaran bahan bakar fosil serta peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer diantaranya karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O).
“Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim diantaranya: peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut, cuaca ekstrem, terjadinya banjir dan bencana alam, kebakaran hutan, meningkatnya wabah penyakit, dan dampak-dampak lingkungan lainnya,” bebernya.
Dalam upaya mitigasi perubahan iklim, lanjut dia, perlu dilakukan langkah-langkah strategis pengurangan emisi gas rumah kaca dimana salah satunya adalah meminimalisir dan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil. Sudah saatnya kita beralih menggunakan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk menjaga kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. (jus/kb)