TABANAN, Kilasbali.com – Kenaikan harga cabai turut terjadi di Kabupaten Tabanan. Khususnya untuk cabai rawit merah. Bahkan, harga bahan bumbu-bumbuan ini sempat menembus Rp 100 ribu per kilogramnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis (Sigapura), harga tertinggi tersebut terjadi pada Senin (6/1) lalu. Saat itu, harga cabai rawit merah tercatat Rp 108.889 per kilogramnya.
Kenaikan harga saat itu juga terjadi untuk cabai merah besar. Harga saat itu tercatat sebesar Rp 68.333 per kilogramnya.
Sejak tanggal itu sampai dengan Sabtu (18/1) harga cabai bergerak di kisaran di bawah Rp 100 ribu per kilogram. Sesuai data hingga Sabtu (18/1), harga cabai rawit merah “nyangkut” atau tertahan di posisi Rp 97.222.
Kondisi yang sama juga terjadi pada harga cabai merah besar dengan harga yang tertahan pada posisi Rp 60 ribu per kilogramnya.
Kenaikan harga cabai rawit merah ini mulai terjadi sejak Desember 2024 lalu secara perlahan. Demikian halnya dengan cabai merah besar.
Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kabupaten Tabanan, I Nyoman Hari Sujana, mengakui kondisi harga cabai di Tabanan mengalami kenaikan, sama seperti beberapa daerah lainnya di Indonesia.
“Ya sama. Tinggi juga. (Jadi) penyebab inflasi juga. (Rata-rata harga saat ini) antara di atas Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu per kilogramnya,” bebernya.
Ia menjelaskan, kenaikan harga cabai tersebut mulai terasa pada minggu awal Januari 2025. “Malah menjelang akhir tahun mulai naik terus sampai dengan sekarang,” imbuh Hari Sujana yang juga Fasilitator Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Tabanan.
Hari Sujana menyebutkan, kondisi cuaca yang sedang di musim hujan membuat tanaman cabai banyak yang rusak. “Sehingga jumlah pasokan menjadi berkurang. Bawang merah juga begitu,” ujarnya.
Menurutnya, upaya pengendalian harga telah dilakukan melalui tindakan preventif yakni dengan melakukan pola kerja sama antarpemerintah daerah melalui perusahaan umum daerah masing-masing kabupaten/kota.
“Cuma tidak berani dalam jumlah yang besar. Karena masih terkendala dengan tempat penyimpanan,” sebutnya.
Ia menambahkan, upaya pengendalian yang hendak dilakukan adalah dengan melaksanakan gerakan penanaman cabai.
Hanya saja, sesuai hasil rapat di provinsi belum lama ini, upaya itu juga tidak terlalu disarankan mengingat kondisi cuaca yang sedang memasuki musim hujan.
“Rapat di provinsi tidak menyarankan karena kondisi cuaca tidak memungkinkan. Musim hujan. Jadi dirasa belum efektif,” sebutnya.
Meski demikian, dari pantauan sementara ini, harga cabai cenderung mengalami penurunan meski masih di posisi yang relatif tinggi. Ini dimungkinkan karena distribusi cabai dalam volume yang kecil antarpedagang.
“Kalau mendatangkan stok dari luar Bali juga belum berani dalam jumlah besar. Karena lagi musim hujan. Pedagang juga khawatir akan menjadi rugi. Kalau dalam jumlah kecil kami rasa sudah,” pungkasnya. (c/kb)