NasionalNews Update

Tingkatkan Gizi Masyarakat, Kemenkes Buka Kompetisi Dish

    JAKARTA, kilasbali.com – Melalui Memorandum Saling Pengertian (MSP) 2022-2025, pekan lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) berkomitmen untuk bekerjasama dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia.

     

    Dalam kesempatan ini, Kemenkes bersama GAIN juga berkolaborasi dengan EAT-Lancet, Food and Land Use Coalition (Folu) dan Nutrition Connect, meluncurkan kegiatan Kompetisi Dish, yang bertujuan untuk menjaring 15 solusi lokal yang inovatif untuk mendorong pola makan masyarakat Indonesia menuju pangan sehat, bergizi, dan berkelanjutan.

     

    Selain mengapresiasi Kompetisi Dish 2024, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes dr Lovely Daisy, mengaku yakin bahwa solusi inovatif adalah kunci untuk mengubah kebiasaan makan di Indonesia. “Kompetisi Dish mengundang para visioner dari berbagai lapisan masyarakat untuk berkontribusi pada masa depan yang lebih sehat, memastikan setiap individu di Indonesia dapat memilih ke makanan bergizi yang sesuai dengan preferensi budaya dan kebutuhan gizi mereka.” ujarnya.

     

    Baca Juga:  Dua Desa asal Bali ini Tampil di  The 2nd UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium

    Solusi terbaik yang diusulkan diharapkan dapat selaras dengan rekomendasi yang diusulkan di dalam Panduan Konsumsi Makanan Sehari-hari dan Perilaku Hidup Sehat Nasional (Pedoman Gizi Seimbang) dan juga rekomendasi global oleh Komisi EAT-Lancet yang dikenal sebagai Planetary Health Diet, dimana panduan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan manusia sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

     

    Solusi terbaik yang diusulkan akan melalui tahapan penjurian yang akhirnya akan menerima apresiasi serta memiliki kesempatan untuk dipresentasikan pada acara EAT Stockholm Food Forum 2025.

     

    Kategori dalam kompetisi ini meliputi kebijakan dan regulasi, advokasi, strategi iklan dan budaya, intervensi layanan makanan, keterampilan kuliner, serta inovasi produk pangan. Semua kategori ini merupakan bagian dari kriteria kelayakan dalam kompetisi Dish.

     

    Kompetisi Dish ini mengundang partisipasi berbagai profesi seperti, pembuat kebijakan, koki, pemimpin dan pelaku di sektor layanan makanan, inovator makanan, hingga pemasar, dan komunikator untuk mengirimkan ide inovatif yang dapat mendorong perubahan pola makan masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat.

    Baca Juga:  Bikin Merinding, Polres Gianyar Ungkap Kasus Kriminal Ini 

     

    15 solusi terbaik akan diseleksi oleh panel juri dan mendapatkan beberapa bentuk dukungan, termasuk:pendanaan hingga Rp15 juta, bimbingan dari para ahli gizi, pangan, dan lingkungan (nasional dan internasional) juga berkesempatan berinteraksi dengan peserta lain untuk memperluas jaringan dan belajar dari para ahli serta rekanan lain, serta liputan media nasional dan internasional melalui blog, artikel, infografis, serta media sosial.

     

    15 solusi terbaik ini juga akan masuk ke tahap 2 pada tahun 2025, di mana 15 solusi ini juga akan ditampilkan dalam peluncuran Laporan EAT-Lancet 2.0. Peserta yang berminat dapat menemukan informasi lebih lanjut mengenai kompetisi dan proses pendaftaran dengan mengunjungi situs web resmi Kompetisi Dish, dan batas akhir pengiriman adalah 31 Oktober 2024, pukul 23.59 WIB.

     

    Kompetisi ini diluncurkan bersamaan dengan “Laporan Pangan, Bumi, Kesehatan: Pola Makan Sehat dari Sistem Pangan Berkelanjutan” yang disusun oleh Komisi EAT-Lancet terbaru yang memberikan wawasan penting tentang tantangan dan solusi pola makan di tingkat global.

    Baca Juga:  Dua Desa asal Bali ini Tampil di  The 2nd UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium

     

    Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan malnutrisi dengan beban rangkap tiga yaitu, kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan defisiensi zat gizi mikro. Data terbaru dalam Survei Kesehatan Indonesia 2023 menyebutkan bahwa sekitar 21,5% anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, dan 27,7% wanita hamil menderita anemia. Di sisi lain, masalah obesitas meningkat, dengan 31,2% wanita dan 15,7% pria dewasa mengalami obesitas.

     

    Sejak 2012, GAIN melalui program kerja sama dengan Kementerian Kesehatan telah berkomitmen untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui berbagai inisiatif, termasuk program fortifikasi pangan dan program edukasi gizi seimbang.

     

    “Bekerjasama dengan pemerintah, pemangku kepentingan industri, dan masyarakat sipil, GAIN di Indonesia senantiasa mendukung upaya Kementerian Kesehatan, termasuk dalam meningkatkan kerja sama berbagai pihak untuk meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan berkelanjutan,” kata Agnes Mallipu, Direktur GAIN Indonesia.(Kb/djo)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi