GIANYAR, Kilasbali.com – Berlokasi di perbatasan Kabupaten Klungkung, Jalan Bypass IB Mantra di Banjar Siyut, Tulikup Gianyar jadi zona ‘sorga’ hiburan malam.
Menariknya, di siang Hari kawasan ini justru tidak mencolok dan sepintas jejeran warung remang-remang itu berubah menjadi warung kopi atau warung makanan bagi pengguna jalan yang sedang istirahat.
Patauan media, Senin (14/10) malam, puluhan warung remang dengan lampu kelap kelip berjejer menghiasi Jalan Bypass IB Mantra, daerah Siyut, Gianyar.
Musik dangdut mendominasi dari setiap warung. Tidak lagi menjadi rahasia, pria-pria yang bertamu ke warung remang-remang ini bertujuan untuk menghibur.
Cukup membeli minuman beralkohol ditemani wanita yang sudah disiapkan pemilihlk warung. Para tamu pun dimanja dengan fasilitas karaoke.
Situasi ini sangat berbeda pada siang hari. Karena sepintas hanya tampak beberapa warung yang buka layaknya warung kopi biasa.
Warung-warung tersebut berada di sisi utara dan selatan Jalan Bypass IB Mantra, Siyut, Gianyar. Namun lebih banyak berada di sisi utara jalan. Pelanggan di siang hari didominasi para sopir angkutan barang maupun pemotor yang beristirahat.
Informasi yang didapatkan dari salah satu pemilik warung, lahan yang ditempati milik seorang warga Banjar Siyut. Deretan bangunan warung yang bersebelahan dengan warungnya memang sudah dibangun oleh pemilik lahan.
“Kalau saya sewa satu tempat seharga Rp 4 juta. Ada yang sewa dua tempat dijadikan satu,” jelasnya seraya mengatakan dirinya menyewa tempat itu baru tiga bulan.
Untuk fasilitas yang didapatkan selain warung, ternyata dibagian belakang terdapat kamar-kamar tidur dan juga kamar mandi dan toilet.
Dari penuturannya, selain sewa warung, penyewa juga setiap bulan kena pungutan Rp 200 ribu dari Banjar Siyut dan juga Rp 20 ribu dari pecalang. “Selain itu tidak ada pungutan lainnya,” tuturnya.
Mengulik informasi lebih dalam dari pemilik warung, setiap warung disana terdapat beberapa pekerja perempuan yang berjumlah 4-7 orang. Namun pekerja tersebut “jam kerjanya” mulai pukul 20.00 Wita.
“Kalau siangnya mereka biasanya masih tidur karena semalaman begadang menemani pengunjung yang datang,” bebernya.
Secara blak-blakan dikatakannya, pengunjung yang datang untuk minum bir dan minta ditemani oleh “pekerja warung”. Setelahnya jika ada yang mau lanjut dikenakan biaya Rp 200 ribu.
“Pemilik warung dapat Rp 50ribu, yang “kerja” dapat Rp 150ribu,” kata perempuan asal Surabaya ini.
Setiap malam hampir semua pekerjanya mendapat pelanggan. Selain itu, bir yang ia jual seharga Rp 80 ribu per botol juga laku sampai 2 krat.
Dijelaskannya, lokasi di jalur Bypass Siyut lebih aman dan gampang dicari dibanding tempatnya dulu di seputaran Padanggalak, Denpasar. “Disini lebih leluasa tempatnya, gampang untuk mampir, kebanyakan sopir truk yang lewat singgah disini,” ujarnya.
Ia mengaku membuka warung seperti itu, hanya untuk membiayai hidup dirinya dan anaknya yang berada di Jawa. Karena dari pengakuannya, statusnya janda beranak satu tidak bisa cari pekerjaan yang penghasilannya bisa mencukupi kebutuhan hidup.
“Cari kerja apa lagi mas, susah cari kerja di Jawa sambil mengurus anak. Hasilnya juga gak seberapa, saya sudah beberapa tahun kerja di Bali buka warung ini dan hasilnya lumayan bisa dikirim ke kampung,” tuturnya.
Disisi lain, cafe remang-remang juga banyak beroperasi di wilayah Bypass IB Mantra, Siyut, bahkan sampai ke jalan menuju Pantai Siyut.
Setiap malam cafe-cafe yang menawarkan miras tersebut juga menawarkan pendamping perempuan untuk menemani minum-minum sambil bernyanyi.
Suasana pun berubah ketika jam menunjukkan pukul 00.00, musik yang diputar tidak lagi musik slow namun dentuman house music untuk mengiringi pengunjung berjoget-joget.
Beberapa waktu lalu bahkan sempat terjadi kasus penganiayaan di salah satu cafe yang berujung laporan Kepolisian yang membuat cafe tersebut sempat ditutup beberapa waktu dan diminta melakukan upacara pembersihan oleh lingkungan setempat karena ada kekerasan yang berdarah.
Tetapi entah bagaimana kasusnya, cafe tersebut sudah beroperasi kembali dan ramai pengunjung.
Secara terpisah, Kasat Pol PP, I Made Watha menyebutkan, jajarannya sudah pernah melaksanakan penertiban di kawasan tersebut. Terlebih di kawasan tersebut terdapat fasilitas umum milik provinsi.
“Terima kasih atas informasinya. Kami akan turun lagi ke lokasi dan berkoordinasi dengan pihak Perbekel maupun desa adat. Kita akan pastikan apakah ada pungutan yang dilakukan sebagai sumber pendapatan desa karena kita harus bersinergitas agar tidak terjadi permasalahan,” katanya.
Mengenai indikasi adanya dugaan prostitusi terselubung, pihaknya juga akan melakukan pengecekan. “Jika kami temukan indikasi bisnis esek-esek, kami akan pastikan akan tindak tegas,” pungkasnya. (Ina/kb)