Ekonomi BisnisTabanan

Kualitas Manggis Ekspor Menurun Akibat Kemarau Panjang

    TABANAN, Kilasbali.com – Musim kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir ini berdampak terhadap kualitas manggis yang diekspor ke Tiongkok.

    Manggis yang diekspor ke Negeri Tirai Bambu mulai sepuluh hari terakhir ini banyak yang kekurangan air sehingga membuat ukurannya di bawah standar.

    “Kualitasnya menurun karena kekurangan air,” ungkap pengusaha ekspor Manggis, Jero Putu Tesan, Kamis (9/11).

    Ia menjelaskan, aktivitas ekspor manggir ke Tiongkok pada tahun ini sudah dimulai sejak akhir Oktober 2023 lalu.

    Baca Juga:  Istri De Gadjah dan Tim Mulyadi-Ardika Disambut Hangat Warga Banjar Batusangian

    Menurutnya, volume ekspor sampai dengan hari ini setidaknya sudah mencapai 50 ton dengan pengiriman melalui jalur udara atau laut.

    “Kalau di segi harga tidak terlalu tinggi. Musim kemarau ini sangat besar pengaruhnya. Terlalu ekstrem. Membuat buahnya menjadi kecil-kecil,” ungkanya.

    Tidak hanya itu, musim kemarau juga membuat manggis yang baru saja dipetik dan diolah cepat layu dan warna kulitnya gelap. “Habis dipetik cepat berubah warnanya. Banyak petani yang rugi,” imbuhnya.

    Baca Juga:  Dua Pengendara Motor Tewas Diserempet Truk di Jalur Singaraja-Denpasar, Baturiti

    Jero Putu Tesan menyebut, kondisi ini juga terjadi pada perkebunan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan beberapa daerah lainnya di Pulau Jawa.

    Ia menambahkan, dampak kemarau panjang juga memberi pengaruh pada sisi harga di tingkat petani. Harga jual manggis dalam sepuluh hari terakhir tidak stabil dan cenderung menurun.

    “Per hari ini, harga di tingkat petani Rp 12 ribu per kilogram. Berubah-ubah terus. Sejak minggu kemarin Rp 25 ribu, Rp 18 ribu, dan terus turun. Kebetulan situasi ekonomi di cina juga sedang melemah,” sebutnya. (c/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi