GIANYAR, Kilasbali.com – Dibalik sumringah pariwisita Ubud dengan serbuan wisatawan, kemacetan lalu lintas pun berimplikasi buruk. Tidak saja mengusik aktivitas wisata, polusi udara juga mengkhawatirkan. Bahkan, IQAir sempat menyebut indek kualitas udara di Ubud menyentuh angka 155 AQ US, dan menempati urutan nomor enam kota dengan tingkat pencemaran terburuk.
Bupati Gianyar, I Made Mahayastra saat dikonfirmasi, Kamis (17/8), meragukan data tersebut. Apalagi di Ubud tidak terdapat industri yang menghasilkan asap. Bahkan, jika barometer udara Ubud diukur karena kemacetan. Kemacetan Ubud jauh di bawah Kota Denpasar.
“Kemacetan di Ubud lebih disebabkan jalan yang sempit. Namun volume kendaraannya jauh di bawah volume kendaraan di Kota Denpasar,” bandingnya.
Lanjutnya, Ubud diyakini udaranya masih terjaga. Terlebih, pohon masih banyak. “Tapi jika memang ada survei yang mengatakan kualitas udara buruk. Ya kita akan cari tahu penyebabnya. Nanti kita akan diskusikan pada mereka yang mengerti,” terangnya singkat.
Ditimpali Kapolres Gianyar, AKBP I Ketut Widiada, pihaknya juga tidak yakin kemacetan Ubud menjadi penyebab kualitas udaranya buruk. Meski demikian, pihaknya akan tetap mengupayakan agar lalu lintas Ubud bisa lancar
“Saat ini pariwisata sudah pulih, banyak wisatawan mancanegara dan domestik yang melancong ke Ubud, sehingga volume kendaraannya padat,” ujarnya.
Ia tak menampik jika pasca pihaknya berhasil membersihkan parkir liar, kemacetan masih terjadi. Ke depan, pihaknya akan melakukan perubahan arus, mencarikan kantong parkir pada bus besar.
“Kantung parkir ini harusnya diluar pariwisata Ubud. Seperti di Pasar Tradisional Singakerta yang saat ini tak berfungsi maksimal dan areal parkir timur Pasar Desa Sayan,” katanya.
Tak hanya itu, Kapolres juga meminta agar masyarakat tidak menurunkan material bangunan saat jam sibuk. “Penurunan material bangunan juga menjadi penyebab kemacetan. Kami imbau agar material diturunkan saat pagi hari, atau tidak di jam-jam sibuk,” tandasnya. (ina/kb)