DENPASAR, Kilasbali.com – Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan, APBD mengalami defisit sebesar Rp1,9 triliun salah aljabar. Hal itu ditegaskan saat menghadiri Rapat Paripurna DPRD Bali, Senin (17/7).
Dijelaskan, defisit itu jika dihitung sampai 14 Juli 2023. Dia memastikan surplus jika dihitung dalam waktu setahun, yaitu sampai Desember 2023. Koster memaparkan APBD Bali Tahun 2023, berisi target pendapatan daerah sebesar Rp6,9 triliun, terdiri dan bersumber dari pendapatan asli daerah Rp4,7 triliun dana transfer dari pusat Rp2,1 triliun.
Belanja daerah ditetapkan Rp7,9 triliun atau tepatnya Rp7,88 triliun ada belanja operasi Rp4,5 triliun, belanja modal Rp1,4 triliun, belanja transfer ke kabupaten kota Rp1,9 triliun dan yang lain-lain.
“Dari struktur pendapatan daerah Rp6,9 triliun dan belanja daerah Rp7,9 triliun terdapat perencanaan defisit Rp1,0 triliun ini untuk menyusun agar neracanya seimbang,” bebernya.
Sementara itu, perkiraan realisasinya pendapatan asli daerah targetnya Rp4,7 triliun sampai tanggal 14 Juli realisasinya sudah mencapai Rp2,388 triliun atau sekitar Rp2,4 triliun atau jika dipersenkan sudah lebih dari 50 persen. “Ini baru sampai 14 Juli,” tegasnya.
Pendapatan yang terbesar adalah dari pajak kendaraan bermotor yang realisasinya sudah mencapai 57 persen, dan bea balik nama kendaraan bermotor untuk kendaraan yang baru itu mencapai 96 persen.
“Ini menunjukan perekonomian Bali sudah pulih karena makin banyak orang beli mobil. Sementara pendapatan harian dari Bulan Januari-Juni itu per hari Rp14,5 miliar kemudian naik pada Bulan Juli menjadi Rp16 miliar per hari,” tegasnya.
Diungkapkan kalau dihitung sampai 14 Juli kita masih punya waktu Agustus-Desember 5 bulan dikali 30 hari rata-rata 150 hari ditambah 16 hari bulan Juli jadi 166 hari. Maka 166 hari kalau asumsinya stagnan pendapatnya perhari Rp16 miliar itu berpotensi mendapatkan Rp2,6 triliun.
“Per hari ini tanggal 18 sudah mendapatkan hampir Rp2,4 triliun ditambah Rp2,6 triliun itu berpotensi mencapai Rp5 triliun, artinya melebihi target dari Rp4,7 triliun. Ini baru bersumber dari PKB dan BBNKB belum bersumber dari yang lain. Pendapatan dari dana transfer Rp2,1 triliun dari APBN pasti terealisasi,” tegasnya.
Ditegaskannya, jangankan sekarang, Pandemi Covid-19 2020, 2021, 2022 selalu realisasinya 100 persen dari APBN apalagi sekarang ekonominya semakin membaik jadi Rp2,1 triliun pasti terealisasi.
“Saat Pandemi 2 tahun bisa mengelola fiskal dengan cermat apalagi sekarang situasinya sudah sangat sehat, Astungkara, tidak akan ada defisit Rp1,9 triliun. Yang bikin salah aljabar itu,” pungkas Koster. (jus/kb)