DenpasarNews UpdateSeni BudayaTokoh

Kain Songket Bali Terancam Dijiplak

    DENPASAR, Kilasbali.com – Kain tradisional songket Bali terancam dijiplak. Motif kain ini dijiplak lalu diaplikasikan pada border, dan dijual dengan yang jauh lebih murah dari tenun aslinya.

    Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Putri Suastini di Denpasar, Kamis (22/6).

    “Yang terbaru (dijiplak, red), kain gringsing yang booming karena dikenakan delegasi G20, belakangan juga diaplikasikan pada kain printing atau jenis tenun yang bukan double ikat,” ungkapnya.

    Jika situasi itu dibiarkan, ia khawatir keberadaan kain tenun tradisional Bali akan makin terancam dan bukan tidak mungkin suatu saat akan punah.

    Baca Juga:  Masyarakat di Tiga Wilayah Kerambitan Dukung Penuh Sanjaya-Dirga

    “Memang punahnya tidak dalam waktu dekat, tapi bisa jadi 20 tahun lagi. Itu kalau pembiaran terus terjadi,” ujarnya.

    Oleh sebab itulah ia menjadikan upaya perlindungan dan pelestarian kain tenun tradisional ini sebagai salah satu program prioritas Dekranasda Bali.

    Dekranasda Bali juga menjadikan Pameran IKM Bali Bangkit sebagai media untuk melakukan edukasi kepada pelaku UMKM agar memasarkan produk hasil perajin lokal.

    Baca Juga:  Tim Pemenangan Sanjaya-Dirga Siapkan 1.986 Saksi TPS di Pilkada Tabanan 2024

    Sejalan dengan itu, Dekranasda Bali juga berupaya untuk menyadarkan konsumen agar mendukung upaya pelestarian dengan membeli produk asli karya perajin Bali.

    Putri Koster. foto/ist

    Selain menggencarkan upaya sosialisasi dan edukasi, bersinergi dengan pemerintah, Dekranasda Bali memfasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual atas keberadaan endek dan songket, sehingga dua kain itu telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Komunal masyarakat Bali.

    “Kain rangrang juga telah kita daftarkan, tapi masih dalam proses,” imbuhnya.

    Baca Juga:  Dukung Aksi Kebersihan di Pantai Padanggalak

    Dia melanjutkan, upaya perlindungan dan pelestarian kain tenun tradisional membutuhkan sinergi, kolaborasi serta dukungan dari berbagai komponen.

    “Semua harus berperan aktif. Penjual jangan lagi mau memasarkan produk tiruan, dengan demikian hasil karya perajin akan terserap pasar dan mereka akan lebih bergairah dalam berkarya. Konsumen juga terus kita edukasi tentang pentingnya memberi penghargaan pada hasil karya perajin lokal,” ungkapnya. (jus/kb)

    Back to top button