DENPASAR, Kilasbali.com – Bali aman dan nyaman dikunjungi untuk menghabiskan waktu liburan, menikmati keindahan alam dan pariwisata budaya yang disuguhkan Pulau Dewata ini.
Mengingat, dari catatan Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali hampir 70 persen masyarakat telah mengikuti vaksinasi tahap III alias booster.
Selain itu, hotel, restoran, hingga objek wisata telah menerapkan CHSE. Yakni cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan).
Protokol CHSE menjadi satu dari sekian ikhtiar Kemenparekraf guna mewujudkan pariwisata Indonesia, khususnya Bali sudah siap dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Berbagai kebijakan kelonggaran pun telah diterapkan untuk memudahkan wisatawan datang ke Bali. Mulai dari Visa on Arrival (VoA), tanpa karantina, hingga bebas SWAB PCR bagi yang telah mengikuti booster.
Bali Green Island
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) menyampaikan, Pemprov Bali berkomitmen untuk menjadikan Bali sebagai Green Island dengan penggunaan energi bersih terbarukan.
Kata dia, ini juga akan menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan dan memberi nilai positif bagi Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia.
Lanjutnya, Bali juga telah menerapkan beberapa kebijakan seperti pemberian bebas Visa On Arrival bagi 86 negara untuk masuk Bali, visa second home serta pembukaan sejumlah penerbangan langsung ke Bali.
“Ini menjadi faktor penting dalam menarik wisatawan agar memilih Bali sebagai destinasi liburannya,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, branding Bali sebagai Pulau Dewata juga terus digemakan disamping melakukan diversifikasi pariwisata yang tidak hanya mengandalkan alam, namun juga mengembangkan pariwisata olahraga (sport tourism) dan pariwisata kesehatan (medical tourism).
Wisata Kesehatan
Potensi wisata kesehatan sangat penting. Bali bakal memadukan unsur kesehatan dan rekreasi untuk menarik pengunjung yang ingin memulihkan kesehatan dan meremajakan diri di Bali. Cok Ace yakin bahwa Bali dapat menawarkan layanan kesehatan yang baik. Karena memiliki sumber daya yang baik di bidang kesehatan.
Kata dia, di Bali banyak SDM hebat, hingga rumah sakit berstandar internasional. Selain itu, lanjut dia, juga memiliki udara bersih, air, dan pemandangan alam yang indah yang bisa membantu orang untuk merasa segar kembali dari stres dan kecemasan.
“Semua potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan Bali sebagai tujuan wisata kesehatan terkemuka,” yakinnya.
Dijelaskan, wisata kesehatan juga bisa menjadi nuansa baru bagi Indonesia. Mengingat, lanjut dia, setiap tahun ada sekitar 2 juta orang Indonesia yang berkunjung ke negara lain untuk berobat.
Cok Ace menambahkan, Bali terus melakukan pembenahan dan persiapan yang lebih baik seperti pelayanan medis, kesehatan, dan herbal. Saat ini fasilitas kesehatan yang sedang disiapkan di Bali yakni Pembangunan Rumah Sakit (RS) Bali International Hospital di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) Desember tahun lalu bisa menjadi langkah awal yang akan mengantarkan Indonesia sebagai jawara wisata kesehatan di kawasan ASEAN.
Selain itu, di Rumah Sakit Umum Pemerintah Prof. Ngoerah sedang dibangun Gedung Aesthetic Center yang merupakan satu diantara beberapa rencana pembangunan untuk mendukung transformasi sistem kesehatan nasional serta mengembangkan pelayanan wisata medis kelas dunia. Sehingga nantinya Bali tidak hanya dikenal karena pariwisata tetapi juga karena keunggulan kesehatan.
Dari segi alat kesehatan, penguatan dilakukan dengan ditempatkannya satu alat genome sequencing di Universitas Udayana. Dengan keberadaan alat tersebut, diharapkan proses pemeriksaan genetik suatu organisme jadi lebih cepat, karena sampel tidak perlu lagi dikirim ke laboratorium di luar Bali.
“Semua upaya ini dilakukan dengan harapan dapat menciptakan peluang yang lebih baik bagi Bali di era pascapandemi,” pungkasnya.
Usadha Bali
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun menyampaikan, Usadha Bali atau Pengobatan tradisional di Bali dijadikan brand pariwisata baru di Pulau Dewata. Potensi wisata berbasis tradisi dan budaya itu sejalan dengan semangat Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang digaungkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Membangun Bali secara menyeluruh, terpola dan berbasis budaya.
Keaslian pengobatan Bali yang dikemas dalam wellness tourism itu akan jadi ciri khas destinasi baru yang tidak ditemukan di belahan dunia lain. Bali yang otentik, memiliki destinasi Wisata Kebugaran yang dinaungi Pergub Bali Nomor 55 Tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali dan Perda Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Kesehatan.
Dari situ, lahirnya Bali Maha Usadhi seperti jadi pemecah kebuntuan akan pengobatan asli Bali yang digadang-gadang go internasional sebagai destinasi wisata kebugaran dunia. Asosiasi kebugaran (wellness) berbasis kearifan lokal Bali telah terdaftar di Kemenkumham dengan registrasi Nomor AHU-0012802.AH.01.07. Tahun 2021.
Konsep kebugaran (wellness) yang diilhami filosofi Hindu secara universal ini, bertujuan mengenalkan budaya Bali melalui wisata kebugaran (wellness tourism). Bali Maha Usadhi (BMU) juga memiliki visi, membawa kebugaran ala Bali dan menjadi kekuatan spirit hidup menuju kebahagian abadi ke masyarakat global. Sedangkan misinya adalah mendukung program pemerintah Provinsi Bali, menjalin kerja sama dengan desa adat di berbagai kabupaten.
Tjok Bagus menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap ‘wellness tourism’, wisata kebugaran ala Bali. Destinasi ini akan dibangun berbasis kebudayaan Bali. Rencananya, Desa Taro bakal dijadikan proyek percontohan untuk mengembangkan industri pariwisata terbaru ini.
“Tentu ini akan menambah khasanah pariwisata Bali yang mengusung tagline ‘Pariwisata Budaya’,” kata Tjok Bagus Pemayun.
Menurut Tjok Bagus, Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru memberikan arah pengembangunan Bali. Terutama, pengembangan industri pariwisata Bali berbasis kearifan lokal Budaya Bali yang mampu mengundang wisatawan berkualitas.
Wellness Tourism Destination, oleh Global Wellness Institut diprediksi menjadi salah satu destinasi wisata kebugaran yang akan mengundang wisatawan berkualitas dengan waktu tinggal lebih panjang.
Menurut Tjok Bagus Pemayun, untuk mempersiapkan pendukung wisata kebugaran, pihaknya menggandeng tiga asosiasi Spa di Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada para terapis di Bali. Ditargetkan, pada 2023 ada 10 ribu terapis yang akan tersertifikasi.
“Bali menjadi pilot project kebangkitan kembali wellness tourism. Jadi, wisatawan yang datang ke Bali bukan saja untuk menikmati keindahan alam. Tapi juga mendapatkan pengalaman melalui ethno wellness,” kata Tjok Bagus. (jus/kb)