KlungkungSosial

Kolaborasi Unwar dan KBS Klungkung, Hadirkan Teknologi ‘Hidropande’ untuk Warga Timuhun

    KLUNGKUNG, Kilasbali.com – Bendesa Adat Timuhun, Banjarangkan, Klungkung, Jro Bendesa Wayan Lunga tak henti-hentinya mengucap terima kasih. Karena, dalam beberapa bulan ke depan, warganya tidak perlu lagi turun ke Pura Manik Tirta yang berjarak kurang lebih 700 meter, untuk mengambil air dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Baik itu untuk keperluan minum, masak, cuci, maupun mandi.

    Hal itu tidak terlepas dari upaya Universitas Warmadewa (Unwar) yang bersinergi dengan Tim Kerthi Bali Sejahtera (KBS) Kabupaten Klungkung membangun dua pompa hidram ‘Hidropande’.

    Pompa hidram ‘Hidropande’ bakal memanfaatkan sisa dari mata air Petirtaan Toya Yeh Embang Pura Manik Tirta. Dari debit air 20 liter per detik, akan dinaikkan dengan teknologi Hidropande. Teknologi ramah lingkungan dan tanpa bahan bakar minyak maupun listrik ini akan mampu membawa air naik sebanyak 2 liter per detik.

    “Selama ini, masyarakat kami turun jauh mengambil air. Memang sudah terbiasa bahkan ratusan tahun. Namun dengan akan dibangunnya Hidropande ini, tentu masyarakat kami sangat terbantu untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya. Masyarakat kami biasanya memanfaatkan air ini untuk konsumsi langsung tanpa dimasak, dan tetap sehat,” tuturnya.

    Baca Juga:  Dua Desa asal Bali ini Tampil di  The 2nd UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium

    Koordinator Tim KBS Klungkung Dewa Nyoman Rai Dharmadi menyampaikan terima kasih kepada tim Unwar atas bantuan Hidropande di Desa Adat Timuhun ini. “Tentu ini berkah bagi masyarakat, dimudahkan untuk mendapatkan air bersih berkat inisiasi Unwar yang didukung oleh Dikti, dunia usaha, dunia industri, dan juga Hidropande,” ujarnya seusai melakukan peletakan batu pertama pembangunan Hidropande di kawasan Pura Manik Tirta, Minggu (28/8).

    Dengan adanya teknologi ini, lanjut dia, masyarakat tidak perlu lagi berbondong-bondong mengambil air untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya. “Mudah-mudahan dari sini kita bisa menularkan di desa-desa lainnya. Ini akan menjadi pilot project dalam memenuhi kebutuhan air dan akan diterapkan di tempat lain,” harapnya.

     

    Wakil Dekan I Fakultas Teknik Unwar, Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani, MT., mengungkapkan, anggaran dari Dikti sendiri Rp408 juta, kemudian dari dunia usaha dan dunia industri (dudi) Rp455 Juta, dan Unwar Rp40 juta. “Pembiayaan ini termasuk untuk membuat jurnal, penelitian, FGD, dan yang lainnya, sedangkan fisiknya hanya Rp300 juta,” tuturnya.

    Baca Juga:  Mulyadi-Ardika Janji Perkuat Sinergi Banjar Dinas dan Adat untuk Rawat Kerukunan Antarwarga

     

    Menurutnya, perjuangan dalam mendapatkan bantuan dari Dikti sangat sulit. Bersaing dengan tiga ribu lebih proposal perguruan tinggi negeri maupun swasta se-Indonesia. Kata dia, perjuangan ini juga berkat dukungan dari pihak rektorat, dan juga yayasan yang selalu hadir mendampingi.

     

    “Kami dua kali presentasi dengan zoom, di kampus, dan satu kali di Surabaya untuk meng-ACC dananya dengan catatan membawa mitranya. Disitulah perjuangannya. Bahkan, di akhir pengumuman kita dibilang tidak lolos. Karena dominan untuk masyarakat, risetnya belum ada. Terus kami ditarik untuk pengabdian. Jadi Warmadewa nantinya akan memiliki riset centre air dan pompa,” tuturnya.

    Apresiasi dan terima kasih pun terlontar dari Anggota Komisi II DPRD Bali, Tjokorda Gede Agung. “Matur suksma sekali. Ini merupakan perjuangan yang luar biasa. Jadi secara niskala mudah-mudahan beliau berkenan. Astungkara lancar,” ucapnya.

    Baca Juga:  Komisi II Tegaskan Perbaikan SDN 1 Geluntung Masuk Prioritas di 2025

    Dikatakan, saat ini sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, maka yang dikejar adalah teknologi ramah lingkungan. “Ini teknologi luar biasa. Mudah-mudahan tidak di Timuhun saja. Kalau bisa di Nusa Penida. Karena sumber airnya besar, sehingga tidak kekurangan air,” pungkasnya.

    Sementara itu, Inventor Teknologi Tepat Guna Hidropande Ir. Pande Nyoman Merdana menyampaikan, Hidropande ini tanpa listrik tanpa bahan bakar dan ramah lingkungan.

    “Ini kita rancang 2 liter per detik dan bisa untuk 500 kk. Kemudian pemeliharaan lima tahun sekali, hanya ganti karet yang harganya Rp50 ribu. Masyarakat juga kami melatih agar bisa melakukan pemeliharaan dan juga perbaikan, ini sangat sederhana. Ibaratnya kayak ngencengin baut saja,” tandasnya. (jus/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi