DENPASAR, Kilasbali.com – Riuh gamelan sekaa Gong Sanggar Tari Dewi Saraswati mengawali pementasan di ruangan minim cahaya tersebut. Panah Pasupati Dewa Siwa, menjadi saksi akhir desah penonton yang kian larut kian menyeruak bersama hawa panas yang melingkupi.
Menapakkan kaki di Pulau Dewata dengan rombongan 150 orang, Sanggar Tari Dewi Saraswati menampilkan 7 pementasan yang saling berikatan. Mengusung tema “Untaian Mutiara di Bumi Nusa Tenggara Barat”, Sanggar asal Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ini sukses meraih tepuk tangan penonton di Wantilan, Taman Budaya, Denpasar, Jumat malam (5/7/2019) mengisi acara Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019.
Pementasan ini mampu mengambil hati para penonton. Betapa tidak, gemulainya penari dengan iringan bunyi gamelan yang menyatu sukses menampilkan kolaborasi sempurna budaya Bali dan budaya Nusa Tenggara Barat.
Tampil mempesona di bawah cahaya yang minim, siapa sangka enam dari tujuh pementasan yang disuguhkan merupakan kreasi baru yang baru digarap hanya dalam kurun waktu tiga bulan.
“Tari yang dipentaskan itu memang sengaja dibuat untuk pentas di sini, kalau kita bawakan tarian Bali, sama saja kaya membawa garam kembali ke laut, kan?” tutur Ketua Tim Paket Kesenian Untaian Mutiara di Bumi Nusa Tenggara Barat, Made Bagiana tertawa.
Membawakan kisah Arjuna Wiwaha di penghujung acara, Bagiana menjelaskan bahwa amanat yang ingin disampaikan adalah bagaimana manusia melepas ego. Layaknya Arjuna yang mampu menahan segala godaan kala menjalankan tapa di Gunung Indrakila. Pementasan ini dianggap sebagai bentuk nyata dari konsep persatuan dan kesatuan NKRI.
“Di dalam pementasan ini tidak hanya melibatkan satu agama saja, tapi beragam,” jelas Bagiana.
Seperti pepatah, tiada gading yang tak retak. Tiada persiapan yang berjalan mulus tanpa kendala. Sama halnya dengan pementasan yang satu ini. Kesabaran, salah satunya.
“Kesabaran untuk mengumpulkan semua penari dan penabuh itu yang pertama. Itu karena masih anak-anak remaja juga sebagian jadi masih labil,” tutur Bagiana.
Bagiana pun menambahkan kendala ini akhirnya pun membawa dampak positif bagi penari dan penabuh yang awalnya kurang disiplin menjadi lebih disiplin melalui persiapan pementasan ini.
Bagiana mengaku tidak adanya event kesenian layaknya Pesta Kesenian Bali di wilayah asalnya, menjadi salah satu motivasinya untuk membawa hasil kreativitasnya anak-anaknya ke event tahunan Pulau Seribu Pura ini.
“Ini tahun pertama tampil di PKB, semoga kedepannya bisa tampil lagi, supaya kreativtas anak-anak sanggar tidak terbatasi,” harap Bagiana. (kb)