DENPASAR, Kilasbali.com – Tokoh muda asal Denpasar I Gusti Agung Ronny Indra Wijaya mengatakan, dalam pergantian Tahun Baru Caka atau Nyepi ini, penduduk Bali seperti bertapa di rumah mereka masing-masing.
“Di jalan-jalan juga tampak lenggang dan dijaga oleh keamanan adat atau pecalang. Begitu juga dengan toko-toko, pusat perbelanjaan, bandara, pelabuhan, siaran televisi, radio, dan pusat keramaian lainnya tampak sunyi senyap tak berpenghuni,” katanya di Denpasar, Jumat (8/3/2019).
Lalu dimanakah penduduk Bali yang non Hindu? Pria yang akrab disapa Gung Ronny ini menjawab, mereka dengan sadar dan tanpa protes juga ikut menghormati tradisi ini. Di sinilah kebinekaan itu tergambar jelas. Bali adalah contoh toleransi umat beragama.
“Di sinilah bukti persatuan dan kesatuan dalam perbedaan itu terjadi,” ujar pria kelahiran Denpasar 8 Januari 1980 ini.
Menurutnya, penduduk non Hindu yang ada menghormati tradisi umat Hindu di Bali yang melaksanakan Tapa Brata Penyepian. Bahkan, wisatawan asing yang kebetulan berada di Bali juga ikut menyepi dengan tidak keluar dari tempat mereka tinggal atau hotel.
“Ini menandakan, pelaksanaan Hari Nyepi di Bali menjadi miniatur kebinekaan bangsa Indonesia. Bali sebagai contoh dalam menjalankan indahnya perbedaan. Semua menyatu dan berserah diri kehadapan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa,” tandasnya.
Peringatan tahun baru Caka atau Nyepi, dilaksanakan dengan menyepi selama satu hari penuh. Semua penduduk Hindu di Bali melaksanakan Catur Berata Penyepian.
Yakni, Amati Geni, artinya tidak boleh menyalakan api atau tidak diijinkan menyalakan lampu. Amati Karya, tidak boleh beraktifitas atau bekerja. Amati Lelungan, artinya tidak boleh bepergian ke luar rumah. Dan Amati Lelanguan, artinya tidak boleh bersenang-senang. (jus*/kb)