DENPASAR, Kilasbali.com-Anggota DPD RI, Gede Pasek Suardika (GPS) menyayangkan pernyataan Ketua Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, sesaat setelah mengunjungi ashram tersebut belum lama ini. Ia menduga pernyataan Sirait telah memiliki agenda setting tersendiri. Sebab, menurut laporan warga ashram yang mengantarkannya ketika itu, apa yang ditemui di lapangan tidak sesuai dengan apa yang dinyatakan di media massa.
“Sebagai DPD RI dari daerah Bali, saya sangat menyesalkan cara-cara seperti itu, kalau anda gentle, anda yang lapor polisi. Kalau anda punya bukti, anda lapor polisi, anda akan berhadapan dengan saya, karena anda sudah merusak citra ashram, merusak sistem pendidikan Hindu di Bali,” katanya usai menerima aduan warga ashram di Kantor DPD RI Perwakilan Bali, Denpasar, Kamis sore (21/2/2019).
Berdasar keterangan warga ashram yang diterimanya, GPS juga menduga ada oknum asing yang terlibat di dalam penggalangan opini tersebut. Untuk itu, ia berharap pihak imigrasi tetap melakukan pemantauan yang cermat pada setiap warga negara asing yang masuk. Jika ada terbukti berupaya mengubrak-abrik sistem yang ada di Bali, GPS berharap pihak berwenang tidak ragu mendeportasi yang bersangkutan.
Untuk membangun kembali semangat para warga ashram, GPS dalam waktu dekat akan mengagendakan kunjungan ke Ashram Gandhi Puri. Menurutnya, hal yang terpenting dilakukan saat ini adalah menguatkan diri warga ashram yang selama ini diam dengan tuduhan dan penggalangan opini yang berkembang. Selain itu, ia juga mengapresiasi langkah kepolisian yang dengan tegas menyatakan kasus ini tidak dapat dilanjutkan.
Dalam kesempatan tersebut, warga ashram yang didampingi kuasa hukum, Nyoman Yudara, juga menyerahkan pernyataan sikap terkait penggalangan opini yang berkembang. Dalam pernyataan sikap tersebut ada sejumlah poin penting yang dicatatkan, salah satunya menyatakan apa yang telah dituduhkan kepada pengasuh ashram tidaklah benar, dan mereka mengaku sanggat keberatan dengan pemberitaan yang terjadi selama ini.
Mereka juga menyayangkan tuduhan-tuduhan yang dilayangkan oleh sejumlah oknum dan telah menganggu konsentrasi warga ashram. Terlbih, oknum-oknum tersebut tidak pernah memberikan dukungan moral maupun material terhadap warga ashram.
“Kami sudah melaporkan akun-akun yang menyebar hal tersebut di media sosial ke Polda Bali pada Senin (18/2) lalu. Dalam waktu dekat akan kami konfirmasi lagi. Kami telah mengumpulkan alat-alat bukti, termasuk sejumlah foto yang diedit dan disebatrkan oknum bersangkutan, yang kemudian diklaim penyebarnya sebagai prilaku penyimpang warga ashram,” pungkasnya.
Pada kesempatan tersebut, GPS juga mengaku sangat prihatin dan mengutuk penggalangan opini yang mengarah pada telah terjadinya tindak fedofilia di salah satu ashram di Klungkung, dan melibatkan salah satu tokoh Bali. Ia menilai apa yang dilakukan oknum-oknum tersebut telah berupaya menodai citra ashram sebagai salah satu sistem pendidikan Hindu.
“Saya prihatin dengan apa yang berkembang di media sosial dan pemberitaan atas penggalangan opini oleh sekelompok orang yang mengaku peduli terhadap anak, namun faktanya mereka telah menyakiti 27 anak yang ada di Ashram Gandhi Puri. Dalam hitungan minggu, keduapuluhtujuh anak ini merasa stress dan tertekan, sebab tidak pernah mengalami fitnah seperti itu,” katanya .
Dikatakan politisi yang juga merupakan pengasuh ashram di Karangasem ini, penggalangan opini yang dilakukan oknum-oknum tersebut seakan berupaya mengkondisikan ashram sebagai tempat kejahatan. Padahal, pada hakekatnya ashram merupakan tempat spiritual dan pengembangan diri. Oknum-oknum yang menuduhkan hal-hal tersebut bahkan dinilai tidak pernah mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di ashram, termasuk bagaimana pengelola tertatih-tatih berjuang memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan warga ashram.
“Padahal mereka tidak seperti yang dituduhkan selama ini. Mereka justru anak-anak yang pintar dan rajin, mengharapkan masa depannya lebih baik. Bagi mereka yang mengaku peduli dengan anak, kalau memang merasakan di Ashram Gandhi Puri ada kajahatan yang dituduhkan, mengapa tidak pernah datang, tak pernah konfirmasi, dan mengecek ke sana? Jujur istilah ashram bisa jadi ternoda dengan cara-cara seperti itu. Apakah ada agenda-agenda khusus? Saya tidak tahu, tapi saya prihatin dengan cara-cara seperti itu,” jelasnya. (jus/*KB).