GIANYAR, Kilasbali.com – Menjamurnya villa-villla di utara Desa Petulu, kini menjadi faktor kendala bagi pengelola Objek Wisata Kokokan di Banjar Petulu Gunung, Petulu Ubud.
Sebagian besar wisatawan yang berkunjung lolos dari tiket masuk, lantaran berdalih menginap di salah satu villa atau hanya melintas. Kokokan yang habitatnya di pinggir jalan atau di rumah warga yang jalur lintasan umum menjadikan pengelola sulit menjaring wisatawan.
Kelian Petulu Gunung, Made Rawa, Rabu (30/10) mengungkapkan, saat ini wisatawan yang masuk ke objek wisata lebih banyak tidak membayar retribusi.
Sebagian besar mereka berdalih hanya melintas menuju desa sebelah atau mampir di villa di Utara desa Petulu.
“Kini wisatawan sudah pada pintar dan curang. Mereka tidak mau membayar retribusi dengan alasan akan singgah di suatu tempat dan hanya sekadar lewat,” jelas Made Rawa.
Kondisi ini menyebabkan pemasukan di Objek Wisata Kokokan Petulu sangat minim, bahkan mendekati zero. Padahal wisatawan yang berkunjung dengan alasan sekadar lewat banyak yang mampir sambil memotret Kokokan.
“Ini karena kami hanya menjaga di ujung-ujung desa, sehingga lebih banyak kecolongan,” sesaknya.
Disamping itu, penyebab menurunnya pemasukan karena high season kedatangan wisatawan pada bulan Juli sampai Agustus, namun musim Kokokan bertelur atau kembali ke sarang pada bulan-bulan Oktober sampai Desember.
“Ini juga kendala kami, saat hight sesion, Kokokan pada hijrah ke kawasan lain, namun saat Kokokan memasuki musim bertelur, musim kunjungan sedang sepi,” jelasnya.
Sedangkan untuk satu tiket kepada wisatawan dipungut Rp 50.000/wisatawan. Naiknya retribusi sejak awal tahun 2024 ini untuk biaya perawatan di sekitar area dan biaya lain untuk menunjang kegiatan di destinasi. (ina/kb)