GIANYAR, Kilasbali.com – Rangkaian pitra yadnya yang digelar secara massal di Desa Adat Batuan, Sukawati, Gianyar patut menjadi percontohan. Karena dalam pembiayaannya, ada dana subsidi dari desa adat setempat.
Pesertanya pun antusias dengan diikuti 29 sawa dan 102 Sekah. Puncak pengutangan atau pembakaran berlangsung pada Saniscara Paing Warigadean, Sabtu (7/9).
Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan menjelaskan, ngaben massal kali ini dikomandoi Desa Adat dari segi pendanaan hingga manajemen.
“Desa adat berusaha merealisasikan apa yang menjadi aspirasi krama agar pelaksanaan Ngaben Massal digelar di tingkat desa,” jelasnya ditemui di sela persiapan ngaben massal yang dipusatkan di Wewidangan Pura Dalem Alas Arum, Selasa (3/9).
Dengan adanya aspirasi itu, akhirnya di Desa Adat Batuan dalam sangkepan dibahas dan disepakati untuk membuat Pararem sebagai dasar dan payung hukum.
“Karena tugas desa adat menjamin kesukertan jagat. Sesuai juga dengan Perda 4/2019 tentang desa adat di Bali. Disana ada pasal pawos tentang tugas desa adat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Desa Adat yang ramai dikunjungi turis ini bersama LPD Desa Adat Batuan memberikan subsidi pendanaan kepada pengarep.
“Per sawa dikenakan biaya Rp 3 juta termasuk nyekah. Bagi yang ikut nyekah saja, dikenakan Rp 1 juta. Peserta Nyekah dari luar desa adat dikenakan Rp 4 juta,” jelasnya.
Dalam hal manajemen pelaksanaan, desa adat memberdayakan seluruh potensi yang ada. Salah satunya Paguyuban Serati.
“Banten yang diperlukan, dibagi rata pada seluruh anggota serati, sehingga setiap prosesi ada yang bertanggungjawab,” jelas Megawan.
Meskipun dikemas praktis dan ekonomis, budaya gotong-royong tetap dipertahankan.
Pengarep ngaben dibantu krama Banjar dilibatkan dalam pembuatan piranti pengabenan dan nyekah di wantilan Pura Dalem Alas Arum.
“Ada kolaborasi antara pengarep dan serati banten. Ada yang dibebankan ke pengarep, ada dibebankan pada serati. Kami yakini hal ini lebih efektif, efisiensi,” jelasnya.
Wakil Bendesa Adat Batuan I Wayan Sudha yang sekaligus Ketua Panitia Ngaben Massal menambahkan upacara ini diikuti 29 sawa terdiri dari Banjar Dentiyis 12 sawa; Banjar Peninjoan 3; Banjar Jeleka 9; Banjar Jungut 2; Banjar Dlodtunon, Pekandelan dan Tempek Semeton masing-masing 1.
Sementara untuk Nyekah ada keikutsertaan dari luar desa adat, diantaranya dari Banjar Pekuwudan, Banjar Bedil, Tameng, Dlodpangkung dan Banjar Babakan Desa Sukawati.
Rangkaian upacara telah diawali dengan pembentukan panitia pada 24 Mei 2024. Upacara nanceb surya sebagai awal mula prosesi dilaksanakan pada Redite Umanis Warigadean, Minggu (1/9).
Selanjutnya digelar upacara Nebusin, Ngendagin, Mebersih, Medarpana Alit pada Buda Wage Warigadean, Rabu (4/9).
Selain Ngaben, Nyekah lan Nilapati, juga dilaksanakan upacara Ngelungah (4), Ngelangkir (5) dan Warak Keruron (44) yang dilaksanakan pada Kamis (5/9).
Puncak Ngaben berlangsung pada Sabtu (7/9) mulai dari prosesi Ngagah hingga pengutangan atau pembakaran, dilanjutkan penganyutan ke segara Purnama pada Minggu (8/9).
Sementara Puncak Karya Mamukur/Nyekah akan dilaksanakan pada Sukra Pon Julungwangi, Jumat (13/9). (Ina/kb)