Denpasar

Ini Dia Persentase Prevalensi Stunting Tertinggi di Bali

    DENPASAR, Kilasbali.com – Salah satu penyebab stunting yang paling penting adalah pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta setelah melahirkan.

    Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Sarles Brabar saat menghadiri pembukaan Kegiatan Internalisasi Pengasuhan Balita Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting Kepada Masyarakat di Golden Tulip Sunset Road pada Selasa (9/7).

    “Stunting itu sangat kompleks dimulai dari janin masih dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun sehingga pada masa tersebut perlu diperhatikan oleh orang tua,” ucap Sarles Brabar.

    Dijelaskan oleh Sarles Brabar bahwa secara nasional angka stunting di Provinsi Bali menduduki posisi terendah yakni berada pada angka 7,2 persen atau jauh berada di bawah angka stunting nasional yaitu 21,5%.

    Baca Juga:  Ikan Sumber Protein Tinggi!

    “Sementara secara kabupaten kota, Kabupaten klungkung dan Badung tercatat memiliki prevalensi stunting terendah yakni sebesar 4,9 persen sedangkan Kota Denpasar tercatat memiliki prevalensi stunting terbesar yakni 10,8 persen sehingga kita masih terus berupaya utamanya pada pendampingan keluarga ibu hamil, pasca persalinan dan bayi barulahir hingga usia dua tahun,” jelasnya.

    Pendampingan masa kehamilan sangat penting dalam upaya menurunkan stunting karena masa tersebut merupakan golden periode tahap I dari 1000 (seribu) hari pertama kehidupan.

    Mengingat begitu pentingnya 1000 HPK bagi masa depan anak-anak Indonesia, BKKBN memiliki program Bina Keluarga Balita (BKB) yaitu kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak melalui kegiatan promsi dan KIE yang sampaikan oleh para kader kelompok Bina Keluarga Balita (BKB).

    Baca Juga:  Komisi II Tegaskan Perbaikan SDN 1 Geluntung Masuk Prioritas di 2025

    Berbicara terkait hal tersebut, sarles brabar menjelaskan berdasarkan catatan SIGA BKKBN, sudah terdapat 2.640 kelompok BKB di Bali dengan sasaran 148.686 keluarga memiliki Balita. “Sampai dengan Mei 2024 ini, tercatat 89.047 keluarga sebagai anggota BKB atau mencapai 59,89 persen,” ucapnya.

    Pemantauan tumbuh kembang anak di kelompok BKB menggunakan KKA (Kartu Kembang Anak). KKA berisikan tugas perkembangan anak setiap bulannya dan pesan kegiatan asuh yang harus dilakukan orang tua. Pemantauan tersebut tentunya dilakukan oleh pengelola program BKB baik di Provinsi hingga kecamatan.

    “Kami harapkan para pengelola dapat terus memingkatkan pemahaman dan kompetensi mengenai pemantauan tumbuh kembang anak sehingga kami BKKBN melaksanakan kegiatan internalisasi pengasuhan Balita dengan mengundang para pengelola BKB,” harap Sarles Brabar. (dian/bkkbn/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi